Ahad 01 Jun 2014 17:54 WIB

Abu Dzar al-Ghifari, Bangga dengan Islam (2)

Dua Kalimat Syahadat (ilustrasi).
Foto: kaligrafibambu.com
Dua Kalimat Syahadat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO. ID, Oleh: Hannan Putra

Saat ini mulai jarang orang bangga dengan identitas keislaman.

Katakanlah hanya sekadar mengenakan pakaian Muslim, berbaju koko, memakai peci atau kopiah, atau sekadar mengucapkan salam.

Hal tersebut mereka nilai kampungan dan tabu. Terlebih lagi, jika mereka melakukan semua itu, mereka benci bila disebut orang alim.

Demikian juga dengan para Muslimah. Mereka malu memakai jilbab lantaran takut mendapat cemoohan orang.

Takut tidak terlihat cantik, takut tidak dilirik lawan jenis, atau takut tidak mendapatkan teman. Sebenarnya, mereka malu membawa Islam dalam kesehariannya.

Para orang tua lebih bangga menyekolahkan anak-anaknya di sekolah elite bertaraf internasional ketimbang pondok pesantren. Mereka lebih suka anak-anaknya jago fisika dan kimia ketimbang hafiz Alquran.

Hanya memberi prioritas pada dunia tanpa memberi porsi yang seimbang pada pengetahuan Islam. Sekolah agama dinilai tak berarti apa-apa untuk bekal anaknya kelak.

Ketika umat Islam sudah malu mengusung Islam dalam kehidupannya, justru ketika itulah Allah SWT menghinakan mereka.

Niat hati ingin terlihat elite karena mengikuti gaya hidup Barat yang katanya modern, tapi secara tidak sadar ia sudah menghinakan diri sendiri.

Bukankah Umar bin Khattab RA pernah berpesan, “Kita adalah kaum yang dimuliakan oleh Allah SWT dengan Islam. Jika kita mencari kemuliaan selain daripada Islam maka kita akan dihina oleh Allah SWT.”

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement