REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ratna Ajeng Tejomukti
“Kami memberikan seperangkat alat shalat, baik untuk laki-laki dan perempuan mualaf yang ingin dilatih belajar shalat,” ujar Ustaz Zakir.
Untuk menambah semangat jamaah beribadah, Masjid Jogokariyan menyediakan empat tiket umrah setiap tahun bagi jamaah yang paling rajin beribadah.
“Penghitungan pemenang dilakukan dengan mesin finger print untuk mengabsen mereka shalat di masjid,” kata Ustaz Jazir.
Masjid Jogokariyan juga memiliki program pemberdayaan masyarakat. Mereka diberikan modal usaha, pelatihan usaha, dan promosi usaha.
Ustaz Jazir merasa hambatan yang paling sering dihadapi, yakni mengubah persepsi masyarakat mengenai masjid. Banyak umat Islam saat ini menganggap shalat berjamaah dilakukan jika sempat.
Padahal, shalat berjamaah merupakan hal utama dan pahalanya pun 27 derajat daripada shalat sendiri. Selain itu, masyarakat masih belum memiliki kesadaran masjid dapat dijadikan sebagai solusi masalah mereka.
Banyak orang beranggapan masjid bukan tempat untuk mengurusi orang sakit maupun orang miskin. Keberhasilan Masjid Jogokaryan dalam membina jamaahnya mendapat apresiasi pemerintah.
Meski tidak mengucurkan dana, pemerintah menjadikan Masjid Jogokaryan sebagai salah satu destinasi wisata Yogyakarta. “Alhamdulillah, Jogokariyan menjadi masjid terbaik ketiga di Indonesia,” ujarnya.
Banyak pengurus masjid melakukan studi banding ke Jogokariyan, baik dari dalam hingga luar negeri negeri, seperti Thailand, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darrussalam.