REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nashih Nashrullah
Bisyr berkomitmen tak kembali ke jalan kesesatan.
Ada banyak kisah para sufi terkemuka yang memiliki masa lalu kelam, penuh dengan noda kenistaan. Berkat hidayah Allah SWT, mereka pun kembali ke jalan yang lurus.
Di antara kisah yang ternukilkan dari generasi ke generasi, ada cerita tentang pertobatan pentolan sufi, Bisyr bin al-Harits al-Hafi.
Kebesaran nama tokoh yang lahir di Merv 150 H/ 767 M itu tak terbantahkan lagi. Ia sangat dikagumi berbagai kalangan, baik ulama atau umara.
Ahmad bin Hanbal sangat kagum dengan kepiawaiannya di bidang hadis. Khalifah al-Ma’mun menghormati kepakarannya dalam ilmu agama.
Akan tetapi, tak ada yang pernah menduga sosok yang juga dikenal dengan Abu Nashr itu, pernah melewati masa-masa kelam sepanjang hidupnya.
Ia dikenal sebagai berandal dan preman. Hari-harinya diisi dengan berfoya-foya, bermabuk-mabukan, dan kerap berbuat onar, serta mendengarkan musik ditemani budak-budak wanita.
Hingga suatu ketika, pada malam hari, saat ia berjalan sendirian terhuyung-huyung akibat pengaruh minuman keras, tiba-tiba ia melihat secarik kertas, lalu mengambilnya.
Ternyata di atas selembar kertas itu, tertuliskan lafal basmalah. Ia kemudian membeli minyak mawar seharga dua dirham dengan sisa uang yang ia miliki. Ia percikan parfumnya itu ke kertas tersebut lantas membawa dan menyimpannya di rumah.
Sesampainya di rumah, Bisyr tertidur. Di tengah-tengah tidur lelapnya, ia bermimpi mendengar suara yang sangat jelas, tanpa tahu secara pasti siapa sumber suara itu dan berkata, “Engkau telah mengharumkan nama-Ku maka Aku pun telah mengharumkan dirimu. Engkau telah memuliakan nama-Ku maka Aku pun telah memuliakan dirimu. Engkau telah menyucikan nama-Ku, maka Aku pun telah menyucikan dirimu. Demi kebesaran nama-Ku, niscaya kuharumkan namamu, baik di dunia atau di akhirat.”
Bisyr tidak percaya, ia menghiraukan mimpinya. Ia bergumam, tidak mungkin Bisyr yang berandal akan mendapatkan penghormatan sedemikian rupa.
Ia pun bangun, berwudhu, selanjutnya shalat. Ia tertidur lagi. Mimpi itu berulang hingga tiga kali. Peristiwa ini selalu terngiang, tetapi ia tetap menjalani rutinitas seperti biasa. Bergelimang dengan dosa.