Ahad 18 May 2014 09:31 WIB

Masjid Al Azhar Summarecon Bekasi, Oase di Tengah Kota (2)

Red: M Akbar
Masjid Summarecon Bekasi
Foto: Republika/Yasin Habibi
Masjid Summarecon Bekasi

REPUBLIKA.CO.ID, Dari sisi luar, tampilan kotak menyerupai bentuk Ka'bah itu dipercantik dengan ditempelkannya sejenis batu bata berukuran kecil. Batu setebal dua ruas buku jari orang dewasa itu menghiasi seluruh sisi eksterior bangunan. Warna yang dipilih pun menyerupai warna merah bata.

Batu-batu itu disusun secara horisontal dengan pola zigzag layaknya menyusun batu bata. Di antara bebatuan itu disisipkan material cetakan Glass Fiber Reinforced Concrete (GRC). Bahan ini sekaligus juga difungsikan sebagai ruang ventilasi udara. Bentuk material GRC ini dihadirkan dalam pola kotak simetris yang bercelah-celah.

Dari kejauhan, bentuk simetris itu menyerupai khat atau kaligrafi bergaya Kufi. Gaya khat ini memiliki ciri utama memiliki ukuran proporsional dan kaku. Tapi dari semua penyajian itulah tersaji nyata masjid ini sesungguhnya sangat mengedepankan sisi artistik.

Lalu kubah yang selama ini kerap dijadikan penanda bangunan masjid ternyata tidak dihadirkan di masjid ini. Sang arsitek tampaknya ingin menegaskan bahwa kubah sesungguhnya bukanlah ciri utama dari sebuah masjid. Begitu juga dengan bentuk menara yang terlihat hadir dengan konsep out of the box.

Tampilan menara masjid ini memiliki bentuk persegi yang pipih. Letak menara menyatu dengan bangunan utama. Hadirnya garis-garis horisontal dengan bentuknya yang rigid itu justru lebih menegaskan adanya pengaruh konsep bangunan minimalis modern. Di sinilah rasa estetika kembali dihadirkan untuk memikat umat muslim agar ringan langkahnya menyambangi masjid ini.

Bentuk khas lain yang dapat ditemukan di masjid ini tersaji pada bagian pintu masuk masjid. Bagian ini berbentuk kotak. Pada bagian tengahnya dihadirkan lengkungan menyerupai bentuk tapal kuda. Bagian ini disajikan secara berbeda karena tak ada permainan batu bata yang melapisinya. Tampilan yang ada berupa dinding yang disirami oleh cat berwarna soft.

Lengkungan ini berfungsi seperti halnya gapura atau pintu gerbang. Selepas melintas lengkungan tapal kuda ini, jamaah akan dihadapkan oleh deretan anak tangga yang dibuat dengan kemiringan lumayan landai. Dari bagian anak tangga teratas itulah langsung terlihat seisi bagian interior. Pandangan begitu leluasa karena pada bagian ini tidak dihadirkan tiang. Inilah yang membuat ruangan interior ini terasa lapang.

Sang arsitek juga sengaja mengemas bagian mihrab dengan konsep yang terbuka. Pada bagian depan tidak dihadirkan penyekat dengan bagian luar. Di bagian depan dari posisi imam berdiri terdapat lengkungan tapal kuda. Di depannya, hadir kolam berbentuk kotak mengikuti pola bangunan interior dengan pandangan langsung ke luar.

Alhasil, ketika berada di barisan depan maka jamaah akan bisa mendengar gemericik air kolam sekaligus juga diterpa dengan semilir angin yang menerobos ke dalam interior. ''Konsep terbuka ini membuat masjid menjadi terasa sangat sejuk,'' kata Rusman.

Tapi Rusman mengakui konsep terbuka ini memberikan konsekuensi lain bagi pengelolaan masjid. Terutama saat hujan yang dibarengi oleh angin kencang. ''Air jadi masuk ke dalam semua,'' kata dia.

Saat ini, Rusman mengatakan, pihak pengelola sekarang tengah melakukan pembicaraan dengan perancang masjid ini untuk menyiasati agar air hujan tak masuk ke bagian dalam. ''Masih terus dikaji. Tapi konsep dasar dari masjid ini tidak akan diubah, hanya mencari cara saja bagaimana caranya agar air hujan itu tidak masuk secara leluasa ke dalam,'' ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement