REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Majelis Ulama Indonesia (MUI) berencana mendirikan Museum Peradaban Islam Nusantara.
Pembangunan museum ini dilatarbelakangi oleh fakta perkembangan Islam di Indonesia menjadi model Islam di dunia.
"Pendirian museum ini kami lihat dari perkembangan Islam di Indonesia selama ini," ujar Natsir Zubaidi, wakil Sekretaris Jenderal MUI, kepada Republika di Jakarta, Rabu (7/5).
Natsir mengatakan, perkembangan Islam di Indonesia telah melewati rentang sejarah yang cukup panjang. Selain itu, Indonesia pun merupakan negara berpenduduk Muslim terbanyak di dunia.
Bahkan, ormas-ormas Islam sudah ada di Indonesia sebelum negeri ini merdeka. Karena itu, sangat layak jika Indonesia memiliki sebuah museum peradaban Islam di nusantara.
Pembangunan museum ini, bertujuan agar kaum Muslimin mengenal budaya Islam di Indonesia sekaligus meneladani perjuangan umat Islam di negeri ini pada masa lalu. Misalnya, perjuangan ormas-ormas Islam dalam membela bangsa ini pada masa penjajahan.
Natsir kemudian mengutip pernyataan mantan menlu AS Hillary Clinton, jika ingin belajar mengenai Islam, demokrasi, dan perubahan iklim, datanglah ke Indonesia.
Ia menjelaskan, museum tersebut akan berbentuk seperti sebuah taman besar yang di dalamnya terdapat berbagai miniatur masjid tua di Indonesia, pengetahuan tentang sejarah Islam di Indonesian, serta benda-benda peninggalan ketika Islam memasuki Indonesia. Rencananya, akan dibuat pula sebuah pesantren di dalamnya.
Pembangunan museum ini akan dimulai sekitar dua sampai tiga tahun mendatang. "Mengenai lokasi, kami sedang mengusahakan berada di sekitar Jabodetabek, namun sampai saat ini, kami masih mencari tempat yang pas," kata Natsir.
Pembangunan museum ini akan melibatkan Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian Pariwisata. Ia sangat berharap, melalui museum ini, masyarakat bisa lebih mengenal peradaban Islam di Indonesia.
''Sebab, peradaban dan perkembangan Islam di Indonesia sangat luar biasa. Jangan sampai Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia tidak mengenal peradaban Islam negaranya.''