REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Pelaku bisnis travel layanan ibadah umrah mulai terkena imbas negatif setelah tiga orang warga Kota Pekanbaru, Riau, teridentifikasi terjangkit virus MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus).
"Banyak calon jamaah umrah yang bertanya kepada kami tentang keamanan, dan ada empat jamaah yang sudah menunda Umroh," kata pengusaha travel PT Muhibbah Mulia Wisata, Ibnu Masud di Pekanbaru, Kamis (8/5).
Ibnu yang juga menjabat Ketua Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Provinsi Riau, menilai pemerintah terlalu terburu-buru dalam mengekspos adanya jamaah umrah terduga MERS-CoV karena hal itu berdampak negatif terhadap pelaku bisnis travel. Meski pemerintah wajib melakukan tindakan preventif, namun mempublikasikan terduga MERS-CoV sebelum adanya hasil uji sampel yang sahih hanya menimbulkan kepanikan publik.
"Pemerintah jangan latah, dong," keluh Ibnu.
Menurut dia, belum bisa dipastikan ketiga jamaah umrah di Pekanbaru positif terjangkit MERS-CoV. Ibnu mengatakan, sudah hal yang lumrah bagi setiap orang yang habis bepergian ke Timur Tengah mengalami gejala batuk atau demam karena faktor kelelahan dan suhu udara di sana memang lebih tinggi dibandingkan di Indonesia.
"Setiap orang yang habis ke Makkah suhu badannya lebih tinggi dari biasanya. Itu hal wajar, dan belum tentu itu karena MERS-CoV," katanya.
Ibnu mengatakan, pelaku usaha travel juga sudah melakukan antisipasi untuk mencegah calon jamaah Umroh tertular MERS-CoV dengan sosialisasi kepada calon jemaah untuk menggunakan masker, menghindari tempat padat penduduk, dan sering mencuci tangan.