Selasa 29 Apr 2014 20:13 WIB

Ahli Astronomi Bahas Rukyat dan Hisab

Rukyatul hilal
Foto: Antara/Saiful Bahri
Rukyatul hilal

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA --  Sejumlah ahli astronomi dari berbagai kalangan berdiskusi mengenai rukyat dan hisab yang bermanfaat untuk memperluas khasanah penetapan awal dan akhir bulan, terutama terkait penentuan awal dan akhir puasa serta Idul Fitri.

"Perlu suatu upaya untuk menekan subyektifitas penentuan penanggalan Islam serendah-rendahnya dan mendorong obyektifitas setinggi-tingginya dalam menentukan penanggalan Ramadhan," kata pemerhati hisab dan rukyat Agus Mustofa di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Selasa (29/4).

Dalam diskusi bertema "Astrofotografi sebagai Rukyat-bil-Ilmi" tersebut, hadirin berupaya mencari titik temu dari perbedaan metode penentuan penanggalan Islam seperti imkanu alrukyat (melihat bulan) dan wujudul hisab (perhitungan).

Menurut Agus, perbedaan metode itu memicu perbedaan penetapan awal dan akhir bulan Ramadhan.

Dengan begitu, hampir setiap tahun terjadi polemik mengenai perbedaan awal dan akhir puasa, termasuk penetapan Idul Fitri.

Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin mengatakan penanggalan dalam Islam adalah hal penting.

"Penentuan penanggalan atau waktu beribadah itu bukanlah perihal main-main. Terutama ini terkait waktu," katanya.

"Apalagi agama yang banyak bicara tentang waktu itu adalah Islam, ibadahnya juga sangat terkait dengan waktu," kata Din yang juga ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu.

Dia juga menghargai setiap pihak yang menerapkan metode penanggalan Islam dari berbagai mazhab. "Rukyat atau hisab itu dalam agama Islam terkait masalah tasamuk, seperti masalah perbedaan pendapat jumlah rakaat shalat Tarawih sebelas atau 23 rakaat," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement