Senin 28 Apr 2014 18:52 WIB

Sayap Kanan Inggris Kembali Provokasi Muslim

Muslim Inggris usai melakukan shalat Idul Fitri di Central Mosque London.
Foto: AP Photos
Muslim Inggris usai melakukan shalat Idul Fitri di Central Mosque London.

REPUBLIKA.CO.ID,  LONDON -- Kelompok sayap kanan Inggris tak berhenti membuat Muslim tak nyaman. Kali ini, mereka memanfaatkan medium video guna memprovokasi umat Islam.

Dalam satu adegan video tersebut digambarkan seorang pelajar Muslimah tengah menggunakan burka. Muslimah tersebut kemudian ditandai dengan kata 'dijual' pada lehernya.  Pada adegan lain, sekolahan tengah diburu kelompok Muslim.

Oleh para aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) dikritik. Ini karena, pesan yang disampaikan terlalu provokatif. "Ini adalah upaya putus asa dan provokatif," kata Nick Lowles, anggota kelompok anti-fasis, seperti dikutip onislam.net, Senin (28/4).

Secara terpisah,  Partai Sayap Kanan Inggris (BNP) berharap pesan video tersebut akan menarik banyak  pemirsa. "Kami optimis, masyarakat akan tertarik melihat video ini. Biasanya mereka akan melihatnya pada tengah malam," kata Simon Darby, juru bicara BNP.

Simon mengatakan video ini layak dinanti, karena berisikan fakta utama soal umat Islam. "Kami percaya ini layak ditunggu," ucapnya.

Lowles percaya BBC tidak akan menyiarkan video tersebut. "Tidak dapat dibayangkan apa yang terjadi apabila itu disiarkan," kata dia.

Sejak lama BNP menyerang umat Islam dengan berbagai isu. Mulai dari isu imigrasi hingga pemaksaan pemberlakuan hukum syariah. Aksi BNP ini memang dikeluhkan umat Islam. Ini lantaran, apa yang dilakukan BNP justru membuat masyarakat Inggris seperti alergi umat Islam.

Sayangnya. BBC2 mengatakan akan menayangkan video itu pada pukul 17:55 pada Selasa. "Isi siaran ini urusan pihak yang berkepentingan. Yang pasti, menjadi tanggung jawab lembaga penyiaran untuk memastikan aturan sudah dipatuhi," katanya.

Seperti diketahui, BBC punya aturan khusus soal tayangan tertentu. Misalnya, menolak siaran atau tayangan yang mencemarkan nama baik, hasutan kebencian dan rasial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement