Jumat 25 Apr 2014 20:59 WIB

Pasang Surut Kedermawanan Nusantara (1)

Artis dan Duta Filantropi Dompet Dhuafa Oki Setiana Dewi (kiri) dan Peggy Melati Sukma (kanan) saat halal bi halal penghimpunan dana dan sebaran penerima manfaat Bulan Ramadhan di Jakarta.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Artis dan Duta Filantropi Dompet Dhuafa Oki Setiana Dewi (kiri) dan Peggy Melati Sukma (kanan) saat halal bi halal penghimpunan dana dan sebaran penerima manfaat Bulan Ramadhan di Jakarta.

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih      

Masyarakat Indonesia dikenal dermawan.

Istilah filantropi belum akrab di telinga kebanyakan masyarakat Indonesia meski sebenarnya aktivitas yang menyerempet dengan kegiatan ini sudah umum dilakukan.

Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Bahasa dan Budaya UIN Syarief Hidayatullah Jakarta menghasilkan data bahwa sebanyak 99,3 persen Muslim Indonesia bederma.

Ini membuktikan bahwa sikap dari ajaran Islam untuk selalu berbagi dengan saudara yang kekurangan tumbuh subur di negeri ini.

Merunut aktivitas filantropi Islam di nusantara sendiri, sebenarnya telah berlangsung sejak dulu kala. Sekitar abad ke-8, sejak munculnya komunitas Muslim dan mulai berdirinya kerajaan Islam, berbagai aktivitas filantropi pun dilakukan.

Berdasarkan catatan perjalanan Ibnu Battutah yang sempat singgah di Kerajaan Samudera Pasai, menjelaskan bahwa perilaku rajanya, Sultan Malikul Dhahir, sebagai raja yang punya perhatian kepada fakir miskin.

Meskipun ia telah menaklukkan banyak kerajaan, Malikul Dhahir tidak pernah bersikap tinggi hati. Kerendahan hatinya itu ditunjukkan sang raja saat menyambut rombongan Ibnu Battutah. Para tamunya dipersilakan duduk di atas hamparan kain, sedangkan ia langsung duduk di tanah tanpa beralaskan apa-apa.

Seiring dengan penyebaran Islam yang begitu cepat, bukan hanya di daerah pesisir, membuat kegiatan filantropi semakin kuat dan bertumbuh, yang dipengaruhi oleh konteks sosial, ekonomi, politik, dan budaya masyarakat setempat.

Tulisan dari Dr Amelia Fauzia dengan judul, “Filantropi Islam di Indonesia: Peran dan Perkembangannya”, menjelaskan bahwa tradisi filantropi Islam berinteraksi dengan tradisi serupa yang sudah ada pada zaman pramodern maupun yang dipengaruhi oleh ajaran Hindu dan Buddha.

“Ada beberapa tradisi yang mirip sekali dengan wakaf di beberapa suku di Indonesia atau ada beberapa tradisi sedekah oleh beberapa masyarakat suku yang mayoritas Muslim,” tulisnya.

Budaya filantropi dibawa oleh para pedagang dan guru tarekat yang juga berdakwah dan menyebarkan Islam hingga ke penjuru nusantara.

Naskah Melayu dan Jawa banyak menuturkan tentang etika kehidupan istana dan sultannya, yang di dalamnya ada konsep praktik filantropi Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement