Ahad 06 Apr 2014 07:50 WIB

Pemilu Ladang Ibadah (1)

Pemilu 2014
Foto: republika.co.id
Pemilu 2014

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ratna Ajeng Tejomukti

Umat Islam diimbau tidak golput.

Pemilu menjadi ajang pergantian kepemimpinan dari wakil rakyat hingga presiden. Namun, meski dilakukan kampanye dan sosialisasi, umat masih bingung menentukan pilihan.

Terlebih, banyaknya kampanye yang saling menjatuhkan satu sama lain. Akhirnya, tak sedikit masyarakat yang terjerumus dalam politik transaksional demi kepraktisan.

Ketua Umum Muslimat Nahdhlatul Ulama (NU) Khofifah Indar Parawansa menegaskan, justru politik memang harus transaksional.

Namun, bukan umat sebagai pihak yang diberi, melainkan memberi. “Jadikan pemilu sebagai sarana ibadah, pemberian suara sebagai bagian dari infak,” ujar Khofifah.

Ia menyebut mengubah pola pikir masyarakat dari penerima menjadi pemberi memang sulit. Mereka, Khofifa mengungkapkan, masih memilih caleg atau capres karena mengharapkan uang maupun bantuan sosial. “Biarkanlah suara yang diberikan dibalas ketika di akhirat,” ujarnya.

Dalam memilih di pemilu, Khofifah menyarankan agar memilih calon legislatif (caleg) dan calon presiden (capres) berdasarkan kualitas figur, bukan dari partai. “Karena yang merawat konstituen adalah sosok orangnya bukan partainya,” kata Khofifah.

Pemimpin seperti apa yang layak dipilih, Khofifah menjelaskan ada lima kriteria yang harus dipenuhi calon pemimpin umat. Baik caleg maupun capres harus memenuhi syarat sesuai yang ditentukan oleh Imam al-Ghazali.

Pertama, seorang pemimpin harus mampu menjaga kekayaan negaranya. Kekayaan yang diamanahkan kepada mereka tidak boleh dijadikan sebuah pasar yang bisa diperjualbelikan tanpa daya tawar yang setara.

Kedua, pemimpin di Indonesia harus mampu menjaga agama yang dianut warga negaranya. “Jangan sampai sekularis berkembang biak di Indonesia dan mengenyampingkan hak-hak beragama warga negaranya,” ujarnya.

Ketiga, pemimpin harus melindungi kebebasan berpendapat bagi rakyatnya. Keempat, pemimpin juga harus dapat menjaga keamanan jiwa dari kriminalitas, radikalisme, dan ancaman lain.

Kelima, pemimpin harus mampu menjaga martabat dan generasi penerusnya. Artinya, pemerintah yang akan memimpin nantinya tidak membiarkan harga diri bangsa jatuh di mata negara lain.

Ketua PP Muhammadiyah Prof Yunahar Ilyas mengatakan caleg dan capres haruslah orang yang beriman, taat kepada Allah SWT, dan menegakkan shalat.

“Mereka memiliki hati bersih, tidak serakah, harta yang dimilikinya bersih dari hal yang haram, jujur dan amanah,” ujar anggota majelis tarjih Muhammadiyah ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement