Jumat 04 Apr 2014 17:59 WIB

Antara Ibu dan Iman (3-habis)

Ilustrasi
Foto: Faithbarista.com
Ilustrasi

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih

Sa'ad terus mengikuti dakwah-dakwah yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. Ibunya pun terus melanjutkan aksi mogok makannya hingga tubuhnya semakin lemah tak berdaya.

Ketika kondisi sang ibu sudah sangat gawat, orang-orang kemudian memanggil Sa'ad kembali. Mereka berkata melihat kondisi ibundanya sekarang, kemungkinan ajalnya sudah dekat. Sa'ad dipanggil agar bisa menyaksikan ibunya untuk terakhir kalinya.

Melihat kondisi ibunya sekarang, Sa'ad semakin sedih. Perempuan yang sangat disayanginya tersebut kini hanya bisa tergolek lemah, tubuhnya sangat kurus, tinggal tulang dibalut dengan kulit. Namun, ketika tahu anaknya datang, sang ibu pun masih menyisakan tenaganya untuk berkata-kata.

“Ibu kira engkau tak mau pulang lagi, Nak,” ujar sang ibu. “Kata orang-orang, kau telah lupa pada ibumu ini. Sihir Muhammad telah membuatmu lupa. Lihatlah ibumu sekarang ini, anakku, kembalilah kau pada ajaran nenek moyangmu. Ibu tidak akan makan hingga kau mau meninggalkan Muhammad dan ajaran barunya itu,” katanya.

Betapa remuk rasanya dada Sa'ad saat itu. Ibunya yang sangat ia sayangi kondisinya sangat menyedihkan tersebut hanya karena perbuatannya. Terjadi perang batin dalam diri Sa'ad, antara keyakinannya pada Islam dan cintanya pada ibunya. Ini sebuah ujian yang sangat berat baginya.

Sa'ad pun sadar, ia harus mengakhiri masalah ini. Dengan tegas, ia berkata pada ibunya. “Wahai ibunda tercinta, demi Allah, aku sangat mencintaimu. Namun, cintaku kepada Allah dan Rasul-Nya telah mengalahkan cintaku kepada dunia dan seluruh isinya.”

“Sungguh, seandainya engkau mempunyai seratus nyawa, lalu nyawa-nyawa itu keluar satu per satu, tidaklah aku akan meninggalkan agama ini. Bahkan, andai seratus nyawa ibu ditambah satu nyawaku sendiri, aku tetap akan memegang teguh akidahku,” ujarnya.

Ucapan dari anaknya tersebut akhirnya meluluhkan hati sang ibu. Ia pun menyerah, ternyata semua usaha, bahkan menyakiti dirinya sendiri agar Sa'ad mau meninggalkan Islam, hasilnya percuma. Ia pun sadar, jika usahanya tersebut diteruskan, pasti berujung pada kegagalan. Anaknya tetap teguh pada iman yang baru dipeluknya tersebut.

Sa'ad telah membuktikan keteguhan iman seorang mukmin sekaligus kecintaannya yang sangat besar kepada lslam. Sebuah kecintaan yang kadang memunculkan tindakan nekat yang berbahaya.

Namun, setelah melihat keteguhan imannya tersebut, ibunya pun sadar dan kembali mau makan. Allah berfirman dalam surah al-Muzzammil ayat 10 yang isinya, “Dan bersabarlah (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement