Jumat 04 Apr 2014 16:39 WIB

Kerajaan Islam yang Sukses di Bidang Agraria (2-habis)

Ilustrasi
Foto: Artfulleyegallery.com
Ilustrasi

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih

Hadiwijaya dikenal sebagai raja Islam yang pandai berdiplomasi. Ini membuat pada 1581, para pemimpin wilayah di pesisir Jawa Timur pun mengakui kedaulatannya.

Ia juga sering mengadakan pertemuan antarraja kecil di wilayahnya tersebut. Salah satunya yang dilangsungkan di Istana Sunan Prapen di Giri yang dihadiri oleh Bupati dari Jipang, Wirasaba, Kediri, Pasuruan, Madiun, Sedayu, Lasem,Tuban, Pati, dan bupati Surabaya.

Disebutkan pula bahwa wilayah Arosbaya (Madura Barat) mengakui pula kedaulatan Pajang sehingga bupatinya bernama Panembahan Lemah Duwur pun diangkat menjadi menantu Sultan Hadiwijaya.

Setelah Sultan Hadiwijaya meninggal, kekuasaan Pajang tak berusia panjang. Kekuasaannya diberikan kepada anak laki-laki tertuanya, Pangeran Benowo. Terjadi banyak konflik perebutan kekuasaan saat itu.

Terakhir, pada 1587 M, Sutawijaya yang baru mendirikan Kerajaan Mataram berbalik menyerang Pajang dan menaklukannya. Pajang kemudian menjadi bagian dari wilayah Kerajaan Mataram di bawah kepemimpinan Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senopati (1575-1601 M).

Bangunan

Kesultanan Pajang tak banyak meninggalkan jejak fisik yang bisa kita lihat. Menurut sejarawan Islam Agus Suyanto, hal ini karena istana dan bangunan lainnya terbuat dari kayu yang mudah lapuk dimakan zaman.

“Di nusantara punya keyakinan, manusia tidak boleh tinggal dalam bangunan yang terbuat dari batu, kebanyakan menggunakan kayu, dan tidak menggunakan perekat,” ujar penulis buku Atlas Wali Songo ini.

Menurutnya, pemahaman seperti ini sangat tepat karena bangunan dipikirkan untuk bersifat elastis. Orang-orang dulu telah paham bahwa daerah Indonesia itu rawan gempa, jika bangunannya elastis dan terbuat dari kayu, tidak akan mudah roboh ketika gempa datang. Juga tidak akan membuat penghuninya rawan tertimbun reruntuhan bangunan dan menjadi korban.

Satu-satunya yang masih tertinggal hingga sekarang adalah fondasi bekas Keraton Pajang berdiri. Fondasi bangunan ini terbuat dari batu.

Kini, demi kepentingan pelestarian sejarah dan pariwisata, masyarakat di sekitar lokasi tersebut kemudian membangun pendopo baru dengan berbagai patung dan ornamen Jawa di tempat tersebut agar orang-orang bisa mengetahui bahwa di tempat tersebut pernah berdiri sebuah kerajaan Islam yang perannya sangat penting di tanah Jawa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement