REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Yoebal Ganesha Rasyid
Abu Ramzi mengaku, setiap Jumat malam bertugas sebagai milisi penjaga perbatasan Gaza-Israel. Ia memimpin sel penjagaan dan patroli dengan anggota sekitar 10-15 pria muda.
“Setiap malam Jumat saya tak tidur dan berjaga di perbatasan. Berjaga di kawasan sepanjang empat kilometer,” kata dia.
Di kawasan itu, kata dia, “Kami harus tetap siaga agar jangan ada penyusup (tentara Israel) datang membunuhi warga kami.” ungkap Abu Ramzi.
Ia mengatakan anak-anak muda di Gaza yang bergabung dengan organisasi-organisasi perjuangan yang ada di Gaza, entah itu Hamas ataupun Jihad Islami, minimal sekali dalam seminggu mewakafkan waktunya untuk berlatih fisik.
Mereka berlatih bela diri dan menembak. Bagi yang sudah dianggap cukup terlatih lalu dilibatkan dalam siaga penjagaan, entah itu di wilayah pinggiran ataupun di kota, seperti yang biasa dilakukan sel pimpinan Abu Ramzi setiap malam Jumat.
Samir (49 tahun), seorang warga Gaza, membenarkan cerita Abu Ramzi. Ia menyebutkan seorang anak laki-lakinya memutuskan ikut berlatih bela diri dan menembak di sebuah organisasi perlawanan Palestina di Gaza.
Walaupun khawatir, Samir atau sering dipanggil Abu Nada, tak bisa melarang anaknya tersebut. Ia mengerti keputusan semacam itu ada pada setiap anak-anak Gaza yang mulai berangkat dewasa.
Samir mengatakan, ia hanya bisa mengingatkan anaknya tersebut agar berhati-hati selalu dan tidak lupa tetap melanjutkan sekolahnya.
Suatu Jumat sore di kawasan Pantai Askelon, juga di kawasan Gaza Utara, relatif terasa sepi dari pengunjung. Sekitar satu kilometer arah utara terlihat sebuah pelabuhan kecil yang masuk kawasan pendudukan Israel.
Di sana menjulang tinggi menara setinggi sekitar 15 meter. Dari dekat menara itu ke arah laut terlihat pagar duri memanjang sekitar 500 meter ke arah tengah laut.
Pagar dan menara itu tampak tenang karena hari mulai gelap. Sementara, di sisi selatan di kawasan Gaza suasana gelap.
Pantai di kawasan di sejumlah titik terparkir perahu nelayan ukuran panjang sekitar lima meter dan lebar dua meter terbuat dari kayu atau fiber.
Kata seorang penduduk di kawasan itu, ditempeli motor berkekuatan 45 PK, perahu ini bisa dipakai untuk mencari ikan di kawasan pantai itu.
Kawasan laut ini diblokade Israel. Dan, nelayan Gaza tak bisa berlayar jauh. Mereka akan dicegat kapal-kapal patroli Israel bila memaksa mencari ikan lebih jauh dari batas laut yang diizinkan Israel.
Di pantai yang masuk Gaza terlihat sebuah runtuhan bangunan bertingkat tiga. Bangunan itu terlihat belum selesai dibangun karena belum berdinding, tetapi sudah runtuh.
Kata seorang anak muda Gaza yang ditemui di pantai itu, bangunan itu dibom Israel karena takut atapnya bisa dipakai untuk tempat meluncurkan roket ke wilayah Israel, sekitar satu kilometer arah utara bangunan itu.
Jumat sore itu, anak muda ini dengan sekitar 12 temannya baru saja turun dari atas bangunan itu. Sebelumnya, mereka menari-nari sambil menunjukkan tinjunya ke arah wilayah yang dikuasai Israel. Hari sudah mulai gelap dan anak-anak muda itu memutuskan turun.