REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ani Nursalikah
JAKARTA – Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mendorong adanya pembinaan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) terhadap acara dakwah di televisi. Wakil Ketua KPI Idy Muzayyad mengapresiasi munculnya dakwah di televisi.
Ia mengaku, tak seluruh acara dakwah jelek. ‘’Ada juga yang bagus,’’ katanya pada sela acara Halaqah Penguatan Dakwah dan Pendidikan Islam di Televisi di Gedung MUI, Jakarta, Selasa (1/4). Tantangannya adalah menyajikan dakwah yang bermartabat.
Program dakwah di televisi tidak berdiri tunggal. Semua pihak, termasuk juru kamera juga pelaku dakwah. Menurut dia, dakwah di televisi memang sangat bertumpu pada pengemasannya. Titik kritisnya, pada kombinasi materi dakwah berboboy dan kemasan yang menarik.
‘’Dalam hal ini, perlu ada pembinaan dari MUI. Kami mendukung langkah semacam itu,’’ kata Idy. Ia menambahkan, pada tahun lalu, tayangan dakwah di televisi sudah bagu. Karena itu, ia ingin jangan sampai ada kecolongan.
Maknanya, tak ada acara dakwah televisi yang semangatnya bertentangan dengan Islam. Ketua Umum MUI Din Syamsuddin mengatakan, para dai merupakan ujung tombak dakwah, terutama bagi para dai yang berdakwah lewat media televisi.
Dai yang populer memiliki pengaruh luar biasa di kalangan umat. Untuk itu, MUI memberi apresiasi. Seharusnya, peran yang relatif berhasil dan bermanfaat di media elektronik ditingkatkan lagi pada masa-masa mendatang.
Menurut dia, globalisasi mendorong arus liberalisme di bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Orientasi kehidupan manusia banyak bergeser dari pusat kehidupan kepada Tuhan menjadi manusia menjadi pusat kehidupan.
Liberalisasi budaya, khususnya telah meleburkan batas negara. Lewat internet kini tercipta masyarakat siber yang mendunia. Dengan kondisi semacam ini, tantangan dakwah Islam menjadi berat dan kompleks. Perlu penanganan serius dalam menggarap dakwah.
Meski demikian, Din menyayangkan jika program dakwah di televisi bertekuk lutut pada pasar bebas yang disebut rating. Ada acara dakwah yang disenangi, namun belum tentu berisi. Karena itu, penting merancang strategi dakwah yang jitu.
Din menuturkan, sejak 2000 telah merancang rumusan peta dakwah. Peta ini menggambarkan kondisi masyarakat Indonesia sejak liberalisasi dan reformasi. Juga mencakup orientasi budaya masyarakat yang berkembang saat ini.
Ia mengatakan, dengan strategi dan peta yang ada maka dakwah Islam semakin efektif. ‘’Saya berharap dakwah pada Ramadhan mendatang harus lebih baik dari sebelumnya karena Ramadhan adalah bulan untuk berkonsentrasi," ujar Din.