Selasa 01 Apr 2014 16:17 WIB

Muslim Tionghoa Siap Tunjukkan Eksistensinya (1)

Jamaah mendengarkan Khotbah Jumat di Masjid Lautze, Pasar Baru, Jakarta. Masjid yang berarsitektur khas etnis Cina ini banyak dikunjungi Muslim keturunan Tionghoa.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Jamaah mendengarkan Khotbah Jumat di Masjid Lautze, Pasar Baru, Jakarta. Masjid yang berarsitektur khas etnis Cina ini banyak dikunjungi Muslim keturunan Tionghoa.

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih

Dakwah di kalangan masyarakat Tionghoa kini semakin bagus.

Masyarakat Tionghoa yang hidup di Indonesia menjadi kaum minoritas. Mereka seakan-akan terpisah dari kehidupan bermasyarakat dalam kesehariannya.

Namun, kini batas-batas pemisah antara etnis Tionghoa dan masyarakat Indonesia dari suku lainnya semakin pudar. Jika dulu masyarakat Tionghoa dianggap berbeda dan diperlakukan tidak adil, kini tidak lagi.

Geliat dan eksistensi masyarakat Tionghoa pun semakin terlihat. Mereka tak lagi diwajibkan untuk mengganti namanya agar berbau Indonesia, dibolehkan menggelar seni budaya aslinya, seperti Barongsai, juga merayakan imlek. Bahkan, kini banyak dari kalangan Tionghoa yang memutuskan untuk masuk Islam.

Ketua Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Anton Medan mengatakan, kini semakin banyak masyarakat Tionghoa yang sadar pada eksistensinya. Berlindung pada konsep Bhineka Tunggal Ika, mereka pun kini semakin menyadari bahwa mereka adalah bagian dari bangsa ini.

Sebagai Muslim, tentu pihaknya ingin merengkuh semakin banyak orang Tionghoa. Jalan dakwah pun disiapkan agar mereka bisa mengenalkan konsep Islam yang sebenarnya kepada mereka.

"Kita perlu melakukan revitalisasi dakwah. Orang Tionghoa yang bukan Muslim jangan dijauhi, namun harus terus dijalin silaturahminya agar mereka kenal bahwa Islam itu baik, tak seperti dugaan mereka," ujarnya.

Menurutnya, karena telah lama masyarakat Tionghoa ini mendapatkan perlakuan tidak adil, sering timbul rasa kurang simpatik dengan Islam. Selama ini, orang-orang pribumi selalu merendahkan mereka, menghina, memanfaatkan, serta memalak mereka. Padahal, itu hanya oknum karena tidak semua orang Islam seperti itu.

Menurutnya, jalan dakwah yang paling efektif untuk merengkuh masyarakat Tionghoa adalah dengan membuat mereka mengenal Islam yang sebenarnya lebih dulu. "Kita beri contoh bahwa kita yang telah menjadi Muslim ini akhlaknya baik, perilakunya sopan, dan menghormati semua manusia tak memandang agamanya," ujarnya.

Pendapat senada juga diutarakan Ketua PITI Jakarta Deny Sanusi. Ia mengakui, mayoritas masyarakat Tionghoa sekarang memang belum Muslim, bahkan banyak dari mereka yang tidak mengenal Islam sebenarnya. "Kita harus menjelaskan kepada mereka bahwa setelah kita menjadi Muslim, tak ada yang berubah dari kita," katanya.

Perlu  dijelaskan bahwa ajaran Islam mengajarkan hal-hal baik seperti ajaran leluhur Cina, misalnya, berperilaku sopan, hormat kepada orang tua, dan berbagai perilaku positif lainnya. Selalu beretika baik, perlu ditunjukkan agar masyarakat Tionghoa tahu bahwa Islam itu mengajarkan hal yang baik dan tidak memandangnya sebagai hal yang negatif lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement