Oleh: Mohammad Akbar
Hamparan bangunan lantai dua diputar 45 derajat dari posisi lantai satu memperlihatkan bentuk yang saling menyudut.
Matahari siang terasa begitu menyengat. Sengatannya seperti sedang menguji lapar dan dahaga pada puncaknya di kala umat Islam sedang menjalani ibadah puasa pada Ramadhan.
Namun, sengatan itu secara perlahan mulai menjauh. Kesejukan mulai datang lewat embusan angin yang masuk dari jendela di lantai dua Masjid Al-Sofwa Jakarta.
Angin itu diembuskan oleh deretan pepohonan yang ada di sekitar masjid serta dinginnya lantai marmer di lantai dua. Menepikan diri ke masjid ini bagai menemukan sebuah oase di kala siang terasa memanggang kulit.
Namun sesungguhnya, pemikat masjid ini bukan hanya sebagai tempat penaung di kala siang datang menyengat. Lebih dari itu, masjid itu memiliki tampilan luar yang cukup unik.
Kubah masjid tersebut memiliki bentuk silinder yang dibelah bagian tengahnya secara vertikal. Melihatnya selintas, kubah masjid ini hanya seperti bentuk segitiga sama sisi. Pada bagian yang terpotong tadi hadir potongan silinder yang berukuran lebih kecil. Posisinya berhadapan. Namun, potongan silinder itu tidak saling menyatu.
Sedangkan, pada bagian ujung kubah, bentuk silinder terlihat begitu jelas. Bagian ujungnya meruncing. Bentuk seperti ini juga terlihat pada bagian menara atau minaret. Kubah dan minaret pada masjid tersebut masing-masing satu buah.
Posisi minaret ini berada di sebelah timur dari posisi kiblat masjid. Minaret itu menempel dengan bangunan utama masjid. Minaret ini sekaligus menjadi penghias fasad masjid yang berada di sisi Jalan Raya Lenteng Agung Jakarta.
Untuk bentuk bangunannya, secara umum berbentuk kotak. Tapi, posisi kotak itu tak saling menumpuk. Hamparan bangunan lantai dua diputar 45 derajat dari posisi lantai satu. Alhasil, bangunan masjid ini memperlihatkan bentuk yang saling menyudut.
Pemutaran lantai dua itu justru memberikan estetika bagi tampilan fasad masjid. Tampilan segitiga pada kubah masjid seperti ditempatkan secara presisi di bagian tengah dari bangunan lantai dua serta berada segaris dengan salah satu ujung bangunan yang ada di lantai satu.
“Pemutaran bangunan di lantai dua ini lebih ditujukan untuk mengikuti arah kiblat. Jadi, saat kita shalat di dalam masjid, kita tidak perlu lagi (menghadap) miring,” kata Sandhy Kusuma, salah satu pengurus Yayasan Al-Sofwa.