Jumat 28 Mar 2014 16:37 WIB

Islam Berlabuh dan Jaya di Malaka (1)

Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih     

Kesultanan ini mencapai puncak masa kejayaan di bawah pemerintahan Sultan Mansyur Syah.

 

Malaka. Nama ini mengena pada sebuah area di Semenanjung Malaya dengan nama sebuah selat yang memisahkannya dengan Pulau Sumatra. Letaknya sangat vital. Yakni, merupakan sebuah jalur laut ramai dilalui orang yang melewati jalur Asia, terutama bagi para pedagang antarnegara.

Karena letaknya sangat strategis, masyarakatnya tumbuh dengan cepat. Budaya-budaya yang dibawa oleh para pedagang, termasuk Islam, diterima dengan baik dan berkembang dengan cepat.

Di lokasi yang banyak menjadi incaran para penguasa ini pernah berdiri sebuah kesultanan yang sangat terkenal dengan armada maritimnya yang kuat, yaitu Kesultanan Malaka.

Kesultanan Malaka, menurut pengamat sejarah Islam dari UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, Prof Dien Madjid, didirikan oleh seorang tokoh yang bernama Parameswara. Ia adalah seorang pangeran dari kerajaan di Pulau Sumatra yang mulai runtuh karena serbuan Majapahit.

Parameswara bersama rombongannya kemudian melakukan hijrah, melarikan diri menyeberangi Selat Malaka. “Ia lari hingga ke Tumasik (Singapura), kemudian lari lagi ke Muar (sekarang Johor, Malaysia), hingga sampailah ia ke Semenanjung Malaya,” ujarnya kepada Republika,  pekan lalu.

Asal muasal nama Malaka sendiri, kata pengamat sejarah dan kebudayaan Melayu Mahyudin Al Yudra, berasal dari pohon rindang yang oleh penduduk setempat dinamakan pohon malaka.

Suatu ketika, Parameswara sedang berburu dan beristirahat di bawah pohon rindang Malaka. Tiba-tiba anjing yang dibawanya untuk membantunya berburu diserang oleh seekor pelanduk berwarna putih.

Parameswara pun kagum dengan apa yang dilakukan oleh pelanduk atau kancil tersebut, yang bisa mengalahkan anjingnya yang lebih besar hingga tercebur ke air. Ketika itulah, ia mendapatkan ilham dan memberi nama tempat yang akan ditinggalinya dengan nama Malaka.

Versi lain, ia menyebutkan bahwa Malaka berasal dari bahasa arab. “Dari kata malqa, yang berarti tempat pertemuan,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Ketua Balai Kajian dan Pengembangan Melayu yang berkantor di Yogyakarta itu.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement