Rabu 26 Mar 2014 07:59 WIB

Dana Zakat Belum Optimal (1)

Sejumlah warga mengantre pembagian zakat di sebuah pabrik.
Foto: Antara/Rudi Mulya
Sejumlah warga mengantre pembagian zakat di sebuah pabrik.

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih      

Lembaga-lembaga zakat belum terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik.

Jumlah lembaga amil zakat (Laz) di Indonesia semakin banyak bak jamur di musim hujan. Namun, peningkatan jumlah Laz ini tak dibarengi dengan peningkatan jumlah masyarakat yang terangkat dari jurang kemiskinan.

Presiden Direktur Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Agung Notowiguno mengatakan, tiap-tiap lembaga zakat mempunyai standar dan ukuran sendiri. Pihaknya pun berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan program yang bermanfaat bagi masyarakat miskin.

Di PKPU, kata Agung, yang menjadi ukuran target suskesnya pemberdayaan masyarakat miskin disebut dengan quality of life (QOL).

“Ukuran ini adalah standar bahwa orang yang dibantu telah mengalami perubahan dalam hal ekonomi. Tahun ini kami menargetkan QOL sebanyak 57 ribu orang,” ujarnya.

Dengan sejumlah target ini, ia berharap bisa membuat kehidupan masyarakat miskin di seluruh Indonesia semakin membaik. Angka tersebut juga meningkat 30 persen dari tahun lalu.

Meski nilainya masih sangat kecil, hanya puluhan ribu dari jutaan masyarakat miskin di Indonesia, namun Agung berharap program pengentasan kemiskinan yang dilakukan PKPU efektif.

Menurutnya, kemiskinan itu seperti lingkaran setan. Tidak bisa hanya membantu dengan memberikan sejumlah uang sekali saja. Beragam program yang dilakukan pun harus memiliki hubungan dengan program yang lain.

Misalnya, bagi para ibu diberikan pelatihan keterampilan dan suntikan modal usaha kecil. Bagi sang ayah diberikan pelatihan peningkatan hasil pertanian atau peternakan. Kemudian, anaknya juga diberikan bantuan beasiswa.

Jika semua program bisa terintegrasi, kualitas kehidupan orang yang dibantu pun bisa menunjukkan perubahan meski tidak secara langsung.

“Pengentasan kemiskinan ini yang penting kontinu. Jadi, di tahun-tahun mendatang mereka sudah bisa mandiri tanpa mengharapkan bantuan orang lain,” kata Agung.

Ia juga sebenarnya mempunyai program lain yang bukan menargetkan quality of life. Namun, ini sifatnya tidak terduga. Misalnya, bantuan langsung kepada korban bencana alam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement