Sabtu 22 Mar 2014 17:43 WIB

Menyelamatkan Otak-Otak Cemerlang (2-habis)

Rep: Rosita Budi Suryaningsih/ Red: Chairul Akhmad
 Milad Dua Dekade Beastudi Dompet Dhuafa Indonesia di Jakarta (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Milad Dua Dekade Beastudi Dompet Dhuafa Indonesia di Jakarta (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Beastudi pun mengantarkan pemilik otak cemerlang lain, Heri Hermansyah. Kini, ia merupakan guru besar termuda di Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Pada 1996 ia mendapatkan beastudi dengan pertimbangan ketidakmampuan keluarganya. Pada 1997 dan 1998 ia pun memperoleh bantuan pendidikan yang sama.

Dalam dua tahun itu, ia mendapatkannya karena kecerdasan otaknya. Ia menjadi  best of the best dari penerima beastudi lainnya. Karena berbagai bantuan beasiswa ini, ia pun bisa menimba ilmu dengan lancar tanpa kesulitan dalam hal keuangan.

Bangga ia rasakan atas serangkaian prestasi yang diraihnya. Tapi, ia belum puas. Ia mengaku, guru besar adalah tahapan dalam karier akademiknya. “Namun, ini bukanlah puncak karier saya,” kata Heri menegaskan.

Masih banyak waktu yang ingin ia manfaatkan. Banyak rencana mulia yang ingin ia wujudkan. Di antaranya, membuat teknologi yang memudahkan masyarakat, mengembangkan industri kimia di Indonesia, serta bisa meningkatkan kualitas sumber daya negeri ini.

Heri pun bertekad menciptakan lapangan kerja yang menyerap banyak sumber daya manusia. Dunia teknologi, ia akan kembangkan juga untuk membantu masyarakat di bidang wirausaha. “Apa yang di depan mata asalkan positif, akan saya lakukan dengan sepenuh hati,” tuturnya.

Ia merasa, dunia akademik Indonesia harus dipacu lagi. Tentu, agar lebih maju. Berdasarkan pengalamannya, saat melakukan sebuah penelitian di Jepang, ia didukung fasilitas lengkap. Saat pulang ke Indonesia, ia berharap mendapati keadaan yang sama.

Ternyata, fasilitas penelitian terbatas. Untuk memublikasikan karya ke jurnal ilmiah internasional pun butuh perjuangan. Nama Indonesia hanya bisa menempatkannya di jurnal ilmiah dengan level yang rendah. Itu semua, kata Heri, perlu diperbaiki.

Menurut Heri, tidak ada hal yang mustahil untuk dilakukan. Pemuda kampung saja, kata dia, bisa menjadi guru besar teknik termuda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement