Sabtu 15 Mar 2014 12:32 WIB

Kazan, Kisah Penguasa Stepa (4)

Masjid Qolsharif di Kazan, Rusia.
Foto: Russiatrek.org
Masjid Qolsharif di Kazan, Rusia.

Oleh: Ani Nursalikah

Tatar Bangkit Kembali

Di bawah pemerintahan komunis Uni Soviet, baik budaya Tatar maupun Islam, ditekan bersama dengan identitas regional lainnya dan Kristen.

Seorang profesor seni dekoratif di Academy of Sciences Tatarstan Guzel Valeeva-Suleymanova mengatakan bahwa pemerintah komunis Uni Soviet menilai bangsa Tatar sebagai kaum barbar.

Pada 1974, ayahnya, Fuad Valeev, diasingkan karena menulis buku-buku tentang ornamen Tatar. Valeeva-Suleymanova menambahkan, mengembangkan dan mempromosikan seni Tatar adalah tindakan berbahaya waktu itu. “Soviet benar-benar menentang gagasan bahwa kita memiliki budaya kita sendiri. Mereka ingin dilihat sebagai pembawa peradaban kepada kami,” katanya.

Dengan runtuhnya Uni Soviet pada 1990, ada lonjakan minat dalam warisan Tatar. Akses mencari buku-buku tentang Tatar terbuka lebar. Valeeva-Suleymanova dan ulama lain mulai dapat menyusun sejarah Tatar. Monarki Tatar yang terakhir tercatat berkembang pada 1438-1552.

Museum Nasional, Museum Millennium, dan Galeri Khazine menampilkan perhiasan perak bertakhtakan permata, amethyst, dan batu mulia lainnya. Ada pula gaun yang dijahit dengan cermat yang dihiasi pola bunga perak dan benang emas.

Sebagai pelengkap adalah topi beludru berbentuk lonceng dengan bordir yang rumit. Kostum tradisional tersebut masih dikenakan untuk pernikahan dan festival panen Sabantui pada bulan Juni.

Kerajinan pakaian tradisional menghadapi tantangan dengan masuknya produk murah dari Cina yang bersaing dengan produk dari pengrajin. Tetapi, sebaliknya, bahasa dan sastra Tatar tampaknya berkembang. Naskah awal Tatar berusia lebih dari satu milenium. Sebuah organisasi penulis internasional Tatar PEN telah menerbitkan 43 buku dan 200 puisi.

Para penulis yang tergabung dalam organisasi ini bebas menulis apa yang mereka inginkan. PEN telah menerbitkan 20 buku karya penulis Tatar dalam bahasa Inggris, di antaranya yang ditulis oleh Gabdulla Tukay dan antologi puisi kontemporer dan prosa oleh 30 anggotanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement