Oleh: Ani Nursalikah
Penguasa Muslim yang menerbitkan mata uang baru adalah Abdul Malik Ibn Marwan yang memerintah sebagai khalifah kesembilan, bagian dari Dinasti Umayyah.
Abdul Malik merupakan sosok yang mengesankan. Namun, sebuah sumber mengatakan, dia memiliki bau mulut mengerikan sehingga dijuluki “lalat pembunuh”.
Namun, bau mulut atau tidak, Abdul Malik adalah pemimpin Muslim yang paling penting setelah Rasulullah. Sebab, dia mengubah serangkaian penaklukan kota secara singkat menjadi negara yang bertahan hingga akhir Perang Dunia I.
Abdul Malik adalah generasi baru pemimpin Islam. Dia tidak mempunyai kaitan pribadi atau ikatan keturunan dengan Nabi Muhammad. Dia cerdik melihat bagaimana cara terbaik mengeksploitasi tradisi kerajaan sebelumnya, terutama Romawi dan Bizantium, untuk membangun kerajaannya sendiri.
Profesor Hugh Kennedy dari Sekolah Studi Oriental dan Afrika di London menjelaskan sebagai berikut. Dalam tahun-tahun setelah kematian Nabi Muhammad pada 632 M, para khalifah pada dasarnya adalah pemimpin politik dan agama dari komunitas Muslim.
Semua Muslim Arab pada abad pertama Islam menyadari bahwa kini mereka sudah menjadi negara baru, dari sebelumnya hanya sekelompok komunitas satu agama yang menghuni wilayah padang pasir tanpa bentuk pemerintahan yang baku.
Khalifah ini bukanlah penerus kekaisaran Bizantium atau raja Sasanid di Persia yang sudah ditaklukkan oleh umat Islam. Masyarakat mungkin menganggap khalifah ini sebagai solusi masalah administrasi mereka. Salah satu solusi administratif yang diadaptasi Abdul Malik dari kaisar Bizantium adalah bagaimana mengelola mata uang.
Abdul Malik melihat, akan ada ketidakstabilan ekonomi jika kuantitas dan kualitas jumlah uang yang beredar tidak terkontrol. Dia mengerti bahwa koin secara harfiah berarti simbol otoritas.
Dia mengumumkan kekuatan dominan di masyarakat dengan menggunakan koin. Dalam dunia pramodern, koin mata uang biasanya menjadi item yang diproduksi secara massal untuk penggunaan sehari-hari. Karenanya, koin ini merupakan elemen sangat penting dalam budaya visual masyarakat.