Selasa 11 Mar 2014 13:32 WIB

Buku Islam, Bersaing Pikat Pembaca (Bagian-2, habis)

 Pengunjung yang didominasi pelajar memadati salah satu stan pameran buku Islami dalam pagelaran Islamic Book Fair (IBF) di Jakarta.
Foto: Republika/Agung Supri
Pengunjung yang didominasi pelajar memadati salah satu stan pameran buku Islami dalam pagelaran Islamic Book Fair (IBF) di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fuji Pratiwi

Keragaman produk membantu penerbit buku Islam bertahan.

Namun, spesifikasinya tetap sama, yaitu mencetak buku-buku Islam. “Itu juga kelebihan menerbitkan buku-buku Islam, dakwahnya dapat, bisnisnya pun berjalan,'' ungkap Irwan. Ia menambahkan, Penerbit Republika mengombinasikan penerbitan penulis lokal dan luar.

Ada beberapa buku klasik yang belum diterjemahkan, dengan bahasa yang ringan, buku jadi lebih mudah dimengerti. ‘’Buku itu harus ringan. Kontennya tetap bagus, bahasa lebih ringan, kemasan juga oke,'' kata Irwan.

Memilih buku laris, diakui Irwan, memang bergantung feeling penerbit. Saat menerbitkan buku, penerbit juga mempertimbangkan apakah buku itu punya potensi pasar atau tidak. Yang sulit justru novel. Tidak bisa prediksi buku yang diterbitkan akan meledak atau tidak.

Langkah terpenting, setelah buku terbit, promosi dan mengenalkan konten buku ke masyarakat. Ia menambahkan, buku-buku Islam lebih mudah, potensinya ada. 1.500 sampai 3.000 eksemplar masih terjual. Beda dengan buku fiksi, lebih sulit diprediksi meski kontennya bagus.

Irwan mengakui pula, mencari penulis tidak mudah. Setahun barangkali hanya satu-dua yang tulisannya benar-benar bagus.

Penerbit Republika terbuka untuk penulis baru, tentu yang sesuai dengan standar yang sudah ada. Penerbit juga tidak bisa bergantung pada satu penulis.

Direktur Akbar Media M Anis Baswedan mengatakan, pada masa mendatang buku Islam prospeknya bagus. Meski demikian, setiap penerbit dituntut melakukan diferensiasi produk. Misalnya, jika sebuah penerbit mencetak beberapa jenis buku saja, sudah saatnya ditambah.

Ia merujuk pada penerbit yang dipimpinnya. Hingga sekarang, Akbar Media masih mengandalkan buku-buku referensi untuk dijual kepada masyarakat. ‘’Kami menyadari, harus ada jenis buku lain yang ditawarkan, sebut saja novel,’’ katanya, Jumat (7/3).

Dengan demikian, kata Anis, penerbit buku Islam memang harus melihat perubahan di sekitarnya. Perkembangan yang cepat perlu diikuti dengan baik agar tak ketinggalan. Ia meyakini, Akbar Media dan penerbit lainnya mampu memenuhi tuntutan zaman.

Ia mengungkapkan, tak khawatir dengan pasar buku Islam yang dimasuki banyak penerbit. Sebab, konsumen juga jumlahnya berlimpah. “Persaingan antarpenerbit tak perlu ditakuti. Justru, menjadi pendorong bagi kami melakukan hal lebih baik,’’ ujar Anis.

Persaingan memang terjadi, tetapi uniknya penerbit-penerbit buku Islam mempunyai hubungan yang baik. Bahkan, jelas Anis, orang-orang di penerbit bisa saling berbicara secara terbuka, seperti mengenai rahasia laku kerasnya buku yang mereka terbitkan.

Islamic Book Fair (IBF) yang berlangsung setiap tahun merupakan salah satu sarana meningkatkan keakraban itu. ‘’Pada ajang ini, para penerbit bisa saling bercanda dan bertukar pengalaman,’’ kata Anis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement