Selasa 11 Mar 2014 12:54 WIB

UnMosqued, Desakkan Perubahan

Muslim Kanada
Muslim Kanada

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ferry Kisihandi

Sejumlah kota di Amerika Utara, dikunjungi. Kegiatan masjid di kota-kota itu direkam kamera. Dan, terwujudlah UnMosqued.

Sebuah film dokumenter mengenai aktivitas Muslim di berbagai masjid. Ahmed Eid menyutradarai film ini dan Atif Mahmud sebagai produsernya.

Mahmud menuturkan, film ini merupakan upaya mendorong reformasi di masjid-masjid. Semua terkait dengan kendala generasi kedua atau ketiga Muslim di Amerika Utara dalam menjalin hubungan dengan masjid. Intinya, bagaimana membuat mereka mau ke masjid.

“Jika Anda mempunyai keterikatan dengan masjid, bukankah Anda ingin masjid itu selalu hidup?’’ tanya Mahmud kepada audiensi saat diskusi film ini di University of Toronto, Kanada, seperti dilansir laman berita OnIslam, Ahad (9/3).

Kalau masjid tak diisi beragam kegiatan, bisa saja dalam lima tahun ke depan seorang Muslim akan mengatakan kepada anak-anaknya, “Dulu kita biasa shalat di bangunan itu atau beberapa waktu lalu saya sering memotong rumput masjid itu.’’

Film dokumenter ini, jelas Mahmud, mendorong kembali Muslim yang kini tak memiliki kaitan lagi dengan masjid-masjid dekat rumah mereka untuk kembali ke masjid. Ia pun menggali alasan-alasan saudara Muslimnya yang enggan bertandang ke masjid.

Dalam film ini terungkap, ada gerakan meninggalkan masjid (unmosqued) di Amerika Utara. Dan, sang sutradara, Ahmed Eid, mampu menangkap rasa frustrasi generasi Muslim kedua atau ketiga dalam hubungannya dengan masjid.

Mereka merasa dihakimi dan tak diterima di masjid. Selain itu, diharapkan para pengelola masjid mampu menemukan cara menarik anak-anak muda itu beraktivitas di masjid. Eid menuturkan pula pengalaman pribadinya.

“Suatu hari, saya dan anak perempuan saya yang berumur tiga tahun pergi ke masjid untuk shalat. Tapi, kami akhirnya berbalik karena melihat ada palang di pintu masuk masjid,” katanya.

Persoalan semacam itu dan isu mengenai partisipasi perempuan serta pemuda di masjid, transparansi pengelolaan, dan mendatangkan para imam masjid yang mengerti konteks kehidupan Amerika Utara, jelas Eid, menjadi pembahasan dalam film dokumenter ini.

Berdasarkan laporan American-Mosque 2011, dalam kurun 30 tahun Muslim mendirikan 2.000 masjid di seluruh wilayah negeri. Saat ini, hanya 10 persen dari Muslim di Amerika mendatangi masjid. Dari laporan yang sama, tiga per empat masjid didominasi etnis tertentu.

Dalam banyak kasus, masjid dioperasikan kelompok Muslim asal Asia Selatan, Arab, atau Afro-Amerika. Film garapan Eid ini mengungkapkan, Muslim yang sudah terintegrasi dengan kehidupan masyarakat Amerika Utara merasa tak nyaman ke masjid seperti itu.

Menurut Eid, generasi Muslim terkini tak mempunyai hubungan kuat lagi dengan negara asal orang tuanya. “Kondisi ini membuat mereka tak nyaman saat mendatangi masjid yang didominasi etnis tertentu,” ungkapnya.

Eid menduga, pengurus masjid kurang menyadari masalah ini. Mereka kurang berupaya menarik anak-anak muda Muslim zaman sekarang agar mau menumbuhkan kehidupan spiritualnya di masjid. Keadaan ini, jelas dia, harus diubah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement