Selasa 11 Mar 2014 13:04 WIB

Memahami Makna Batin Alquran: Lailatul Qadar (1)

Ilustrasi
Foto: Sindubai.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Ada isyarat dalam Alquran yang menekankan Jibril menyampaikan Alquran dengan menggunakan bahasa Arab yang jelas.

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”  (QS al-Qadr [97]:1-5).

Redaksi yang digunakan surah al-Qadr ini menarik untuk dikaji. Pertama, yang perlu diperhatikan, mengapa menggunakan kata ganti (dhamir) “hu” yang kemudian para ulama tafsir memaknainya dengan Alquran dan ada juga dengan Jibril.

Lalu, mengapa menekankan al-qadr, bukan lailat al-qadha? Mengapa penekanan pada malam (lailat al-qadr), bukan nahar al-qadr, bukankah justru di siang hari kita menunaikan puasa, salah satu rukun Islam? Apa sesungguhnya makna lailat menurut bahasa, jumhur ulama, dan kalangan sufi?

   

Kalangan ulama tafsir mengatakan bahwa yang turun pada malam Lailatul Qadar (LQ) ialah turunnya Alquran ke langit bumi secara sekaligus (al-inzal), kemudian turun berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan jibril.

Ketika wahyu Alquran masih menjadi Kalam an-Nafs atau  Kalam adz-Dzati, belum disebut Alquran. Nanti disebut Alquran ketika sudah ditransformasikan menjadi Kalam al-Lafdz, ketika sudah menggunakan huruf-huruf dan tanda baca yang berbahasa Arab.

Saat masih dalam bentuk Kalam Nafs, tak seorang pun tahu wujudnya seperti apa dan menggunakan bahasa apa.

Dari Kalam an-Nafs ada yang pernah ditransformasi menjadi Taurat dengan menggunakan bahasa Hebrew (Ibrani) karena dialamatkan kepada Nabi Musa yang sehari-harinya menggunakan bahasa Hebrew.

Ada juga ditransformasikan ke bentuk Injil dengan menggunakan bahasa Suryani karena dialamatkan kepada Nabi Isa yang sehari-harinya menggunakan bahasa Suryani. Ketika ditransformasikan menjadi Alquran yang dialamatkan kepada Nabi Muhammad, otomatis menggunakan bahasa Arab karena bahasa sehari-hari Nabi Muhammad adalah bahasa Arab.

Pertanyaan lebih lanjut, siapa yang “menghewbrewkan” Taurat atau “menyuryanikan” Injil dan “mengarabkan”Alquran? Apakah kitab-kitab tersebut sejak dari dulu menggunakan deretan bahasa itu atau Jibril yang berperan mengartikulasikannya kepada nabi-nabi tersebut sesuai dengan bahasanya masing-masing.

Atau, Nabi yang menerima wahyu itu yang mengartikulasikannya ke dalam bahasa kaumnya. Kita belum mendapatkan informasi yang jelas tentang hal ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement