Kamis 06 Mar 2014 19:00 WIB

Peran Penting Imam Perempuan di Henan

Dua remaja Muslim Cina. (ilustrasi)
Foto: AP/Andy Wong
Dua remaja Muslim Cina. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  ZHENGZOU -- Seorang perempuan begitu lihai merangkai tulisan dalam bahasa Arab.

Perempuan itu adalah Ge Caixia. Ia salah satu iman, yang memimpin 50 jamaah perempuan berusia tua.

Ia biasa memimpin shalat, kecuali shalat jenazah. "Ketika kita melaksanakan shalat jenazah, maka kaum pria yang memimpin," kata dia seperti dilansir abcnews.com, Kamis (6/3).

Selama dekade terakhir, Muslimah di provinsi Henan, Cina Tengah, telah memimpin Muslimah lain untuk shalat dan mengajarkan mereka nilai-nilai Islam. Rutinitas ini telah berlangsung sejak abad ke-18.

"Ini terjadi karena perempuan Muslim ingin belajar studi agama. Itu mengapa mereka mulai membuka kelas perempuan," ucap peneliti Shui Jingjun.

Menurut data resmi pemerintah Cina, negara itu memiliki populasi Muslim sebanyak 20 juta jiwa. Kebanyakan dari mereka terkonsentrasi di Xianjiang, Ningxia, Gansu, Qinghai dan lainnya. Secara tidak resmi, komunitas Muslim Cina memaparkan ada 65-100 juta jiwa atau 7.5 persen dari populasi Cina.

Bagi Ge dan komunitas Muslim Cina di Henan, keberadaan imam perempuan bukanlah masalah. Islam telah mengatur itu, dan sebagai Muslim, mereka mematuhi aturan tersebut.

Semisal saja, imam perempuan hanya memimpin jamaah perempuan ketika hendak melaksanakan shalat berjamaah. Ketika ada imam laki-laki kebetulan hadir dalam masjid tersebut, maka imam laki-lakilah yang memimpin shalat.

Contoh lain, perempuan Muslim Henan bisa menjadi imam asal telah memenuhi syarat. 

" Menjadi imam perempuan memerlukan keahlian khusus , Anda harus memiliki pengetahuan yang sangat mendalam dan menyeluruh dari agama. Lalu, Memiliki kepercayaan diri dan tanggung jawab untuk memenuhi panggilan ini," ucap Ge.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement