Selasa 04 Mar 2014 20:21 WIB

Masjid Baiturrahmah, Kaya Eksplorasi Estetika (1)

Masjid Baiturrohmah, Ciputat, Tangerang Selatan.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Masjid Baiturrohmah, Ciputat, Tangerang Selatan.

Oleh: Mohammad Akbar

Meski tanpa kubah, bangunan ini tak lantas kehilangan jati dirinya sebagai masjid.

Semilir angin berembus membelai wajah. Belaian angin itu seakan melengkapi kenyamanan hati saat duduk di atas karpet merah nan empuk yang terhampar di lantai Masjid Baiturrahmah, Ciputat, Tangerang Selatan. Hawa panas yang menyengat siang itu pun serasa sirna.

Berdiri kokoh di areal Rumah Sakit Sari Asih, masjid ini seakan menjadi penebar kesejukan bagi siapa pun yang mendatanginya. Secara arsitektur, Masjid Baiturrahmah memang memiliki beberapa unsur yang berpotensi menghadirkan hawa sejuk.

Salah satunya, dari dua pintu utama yang terbuka lebar. Pintu ini berada di sisi utara bangunan masjid atau berhadapan langsung dengan Jalan Raya Ciputat yang padat.

Tak hanya sejuk, masjid ini juga indah. Saat menapakkan kaki dalam masjid ini, rasanya, siapa pun akan terbuai oleh tata interiornya yang natural dan menawan. Tekstur marmer dengan corak gelombang semakin menambah kesan natural interior masjid ini.

Tekstur tersebut berasal dari batu-batu marmer yang disatukan pada dinding di seluruh bagian interior. Tekstur itu memiliki dua corak berbeda. Bagian muka yang sejajar dengan sisi mihrab bercorak gelombang dengan ukuran lebih besar.

Sementara, sisi dinding bagian utara-selatan memiliki corak gelombang lebih kecil dengan warna lebih terang. Hadirnya tekstur marmer di bagian dinding ini bagai lukisan ekspresionisme yang penuh pesona.

Tampilan semacam ini menjadi model alternatif yang menarik bagi penghias interior masjid. Jika dicermati, selama ini sebagian besar masjid selalu menempatkan seni kaligrafi sebagai penghias ruangan. Tapi, tidak bagi masjid ini. Masjid Baiturrahmah lebih banyak melakukan eksplorasi estetika lewat pemilihan tekstur marmer yang unik.

Hal lain yang tak kalah menarik adalah desain tembok yang berada sejajar dengan mihrab. Posisi tembok tersebut dibuat miring sekitar 30-45 derajat. Walau ada unsur kekinian pada konsep tembok itu, di bagian itu terselip unsur dekoratif yang kerap muncul di banyak interior masjid, yakni seni kaligrafi.

Bedanya, seni kaligrafi ini ditempatkan menyempil di bagian tengah mihrab, tepatnya berhadapan langsung dengan tempat imam berdiri.

Meski posisinya terkesan menyempil, tak menghilangkan nilai estetikanya. Terbuat dari cetakan aluminium berwarna putih, untaian kaligrafi itu tampil memesona. Bahan tersebut menempel di atas material kayu berwarna cokelat muda.

Estetika alami ini tampil selaras dengan motif ukiran yang menghiasi pintu utama masjid. Ukiran tersebut membentuk pola bintang 12 sudut. Polanya begitu detail membaur dengan bentuk bintang segi lima dan bentuk geometrik lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement