Kamis 27 Feb 2014 13:21 WIB

Menanti Peran Sosial Pesantren Putri

Menteri Agama Suryadharma Ali
Foto: Republika/Yasin Habibi
Menteri Agama Suryadharma Ali

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Amri Amrullah

PESAWARAN — Perguruan Diniyah Putri sudah menjadi bagian dari lembaga pendidikan Islam di lingkungan pesantren sejak sebelum kemerdekaan.

Karakter pendidikan Islam pesantren yang khas bagi santri putri dinilai dapat memberikan peran sosial yang lebih besar di tengah masyarakat.

Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali berharap peran Pesantren Diniyah Putri di Indonesia saat ini bisa seperti Perguruan Diniyah Padang Panjang di Sumatra Barat.

Perguruan tersebut sudah berkiprah hampir satu abad dan melahirkan berbagai tokoh perjuangan nasional, seperti HR Rasuna Said dan Rahmah El Yunussiyah.

Perguruan Diniyah Putri bukan hanya memiliki potensi keagaamaan Tafaqqah fiddin dan lembaga dakwah, tapi juga potensi sosial masyarakat,” ujar Suryadharma dalam puncak perayaan Hari Lahir (Harlah) Perguruan Diniyah Putri Pesawaran, Lampung, Senin (24/2).

Ia menjelaskan, Pesantren Diniyah Putri berperan dalam pembangunan sosiokultural dan sudah sejak lama mendorong pembangunan Muslimah.

Karenanya, ia berharap lembaga Perguruan Diniyah Putri Pesawaran Lampung yang telah menginjak usia 40 tahun dapat berkiprah seperti yang telah dicontohkan Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang.

Tak hanya sekadar romantisme, tapi Menag juga mengungkapkan bagaimana kiprah pendidikan diniyah putri mengubah pola pikir wanita Indonesia pada masa lalu, jauh sebelum pendidikan formal ada.

“Saat itu, perempuan Muslim di pesantren diniyah putri dididik bukan hanya di dapur, tapi harus memiliki peran sosial yang tinggi,” ujarnya.

Pesantren Diniyah Putri, ia mengungkapkan, juga memberikan pemaknaan secara benar bagaimana perjuangan kesetaraan gender Muslimah.

Menurutnya, cara pesantren diniyah memberi pemahaman tersebut sesuai dengan prinsip Islam yang mengajarkan kesetaraan gender.

Ia menilai, perempuan dalam Islam memiliki kodrat yang jauh melebihi konsep kesetaraan gender yang diperjuangkan para feminis. Sehingga, perempuan mendapat hak sebagai kemuliaan dengan kodrat atau kadar yang berbeda dibanding lelaki.

Karenanya, ia menegaskan Kementerian Agama (Kemenag) akan tetap menaruh perhatian yang besar kepada pesantren diniyah putri.

Tak hanya itu, pihaknya tetap memandang perlu sebuah institusi pesantren diniyah putri, yang bukan hanya Tafaqahufiddin (memperdalam Islam) saja, tapi juga ilmu umum dan pendidikan karakter, akhlak, dan budi pekerti Muslimah.

Direktur Pendidikan Diniyah dan Pesantren Kemenag Ace Saepuddin menambahkan, di tengah kencangnya arus informasi dan efek negatif globalisasi, moral seorang Muslimah merupakan hal yang paling penting.

Penguatan karakter moral dan akhlak Muslimah ini, salah satu yang menjadi benteng utamanya adalah pesantren diniyah putri.

Dengan adanya lembaga pendidikan tersebut, ia menegaskan, peran pesantren membentuk lulusan Muslimah yang mampu bertahan dengan moral sosial Islam semakin besar.

“Sehingga, wajar bila pemerintah harus menaruh perhatian dengan lembaga pendidikan bermodel pesantren putri ini,” ujarnya.

Saat ini, peran dan partisipasi peserta didik di pesantren seluruh Indonesia terus meningkat. Setidaknya, ada 3,65 juta santri yang telah didik secara baik di pesantren sejak 2012-2013 dari 27 ribu pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement