Rabu 19 Feb 2014 19:05 WIB

Potret Sahabat Rasulullah (1)

Ilustrasi
Foto: Tripwiremagazine.com
Ilustrasi

Oleh: Nashih Nashrullah

Para sahabat berkompetisi dalam kebajikan.

Para sahabat dan generasi salaf secara umum adalah umat terbaik sepanjang sejarah Islam. Ini seperti ditegaskan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Imran bin Hushain.

Kedekatan mereka dengan Rasulullah SAW menjadi faktor utama keistimewaan tersebut. Ini didukung dengan beberapa komitmen terhadap risalah yang dibawa Rasul. Seperti apakah potret para generasi salaf?

Lewat bukunya yang berjudul Syifa al-Qulub, Syekh Musthafa al-Adawi menginventarisasi sejumlah potret keteladanan para salaf. Kesungguhan, komitmen, kesehajaan, kesalihan, dan ragam kebajikan terdapat dalam pribadi mereka.

Inilah keteladan yang mendasar dari para generasi salaf. Segala amal saleh mereka lakukan, bahkan satu sahabat bisa beramal lebih dari satu jenis amalan pada pagi hari, seperti yang pernah ditunjukkan Abu Bakar.

Rasul, dalam riwayat Muslim dari Abu Hurairah, pernah bertanya siapa yang pada pagi itu sedang berpuasa, mengantarkan jenazah, memberikan makan dhuafa, dan menjenguk orang sakit?

Dan, Abu Bakarlah satu-satunya sosok yang mampu menjawab pertanyaan Rasul itu dengan jawaban “saya”. Rasul pun menimpali jawaban mertuanya itu dengan sebuah ganjaran setimpal. “Tidaklah semua amalan itu berkumpul dalam pribadi seseorang kecuali akan masuk surga,” titah Rasul.

Potret keteladanan para sahabat yang berikutnya, ungkap al-Adawi, ialah kegemaran mereka menafkahkan harta untuk menopang agama dan aktivitas keagamaan. Ini seperti ditunjukkan Umar bin Khatab dan Abu Bakar. Bahkan, keduanya saling berkompetisi dalam artian positif guna membelanjakan harta mereka di jalan Allah.

Umar pernah menginfakkan separuh hartanya dan setengah lainnya disisakan untuk keluarga. Tanpa diduga, ternyata Abu Bakar telah menyedekahkan keseluruhan hartanya. Umar pun berseloroh tak mampu lagi mengungguli kebaikan Abu Bakar.

Para sahabat tersebut, belajar tauhid, lalu menekankan betul arti ketauhidan itu bahwa Dialah satu-satunya yang patut disembah. Seperti dikisahkan Aisyah dalam riwayat Bukhari, ketika Rasul meninggal, para sahabat, terutama Umar bin Khatab, sempat tidak percaya.

Bahkan, sahabat berjuluk al-Faruq tersebut sempat marah dan akan memotong kaki serta tangan siapa pun yang bilang Rasul wafat. Hingga akhirnya, Abu Bakar memastikan kabar dan fakta tersebut. “Barangsiapa yang menyembah Muhammad SAW maka Rasul wafat. Dan, barangsiapa yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah tidak akan pernah mati.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement