Rabu 19 Feb 2014 18:49 WIB

KH Syuhada Bahri: Terus Mencetak Dai Unggulan (2-habis)

Ketua Umum DDII KH Syuhada Bahri (dua dari kiri) saat diterima Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta.
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
Ketua Umum DDII KH Syuhada Bahri (dua dari kiri) saat diterima Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Melahirkan dai yang mau mengabdikan diri pada dakwah dengan bertugas di pedalaman tentu bukanlah hal mudah. Pada umumnya, manusia enggan mengalami kesulitan hidup dan enggan mengorbankan hidup.

Bagaimana Dewan Dakwah mendapatkan para dai luar biasa tersebut, berikut lanjutan perbincangan wartawan Republika, Afriza Hanifa, dengan Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) KH Syuhada Bahri.

Ke wilayah pedalaman mana saja para dai itu dikirim?

Dari Sabang sampai Merauke. Bahkan, di Merauke itu sudah membina dai lagi. Saya dalam waktu dekat akan ke sana, menunggu cuaca baik. Karena, dari Merauke ke tempat binaan itu jaraknya 250 kilometer tanpa transportasi.

Orientasi kita itu memang pedalaman, perbatasan, dan pulau-pulau terluar. Dua bulan lalu saya baru saja dari Nias, berkunjung ke satu pulau. Saat tiba di sana masyarakat mengatakan, “Bapaklah orang Jakarta pertama yang datang selama sejarah pulau ini ada.” Jadi, ya di sana ada masjid, ada kegiatan Islam, tapi tak pernah tersentuh.

Bagaimana dengan di wilayah lain?

Kita ada kaderisasi nongelar yang diproyeksikan hafal Quran dan kitab kuning. Sekarang ini ada 23 orang. Tahun depan mudah-mudahan di atas 50 orang. Program kita akan tempatkan mereka di setiap kabupaten untuk membina dai yang ada di sana. Karena setiap desa atau kampung itu kan ada dai tapi ilmu mereka nggak pernah bertambah. Jadi, dikirimlah ke sana guru agar mereka bisa ngaji kitab-kitab yang menjadi rujukan.

Sekarang ini berapa jumlah dai yang dimiliki Dewan Dakwah?

Sekarang yang tersebar itu sejak tahun 80-an, ada sekitar 300-an. Total semuanya ada sekitar 490. Jumlah itu pun masih sangat sangat kurang. Ini saja kita diminta Kepri (Kepulauan Riau) untuk mengirim 70 dai ke pulau-pualu terluar di sana.

Berapa jumlah dai yang ideal atau yang dibutuhkan Dewan Dakwah agar dapat memenuhi kebutuhan dakwah di seluruh nusantara?

Sekarang kalau menghitung program yang hafal Quran dan kitab kuning, diperlukan satu orang per satu kabupaten. Berarti yang kita perlukan 540 dai. Tapi, sekarang ini kan pemekaran kabupaten terus berlangsung. Selain itu, juga tidak mungkin satu orang dai mengurus sendirian sekabupaten. Apalagi, yang di luar Jawa itu jarak antar kabupaten sangat jauh.

Tapi, kita punya istilah kerja cerdas. Jadi, kita mencoba pada tahun ini, membangun Akademi Dakwah Indonesia di setiap provinsi. Sehingga, nantinya keperluan provnsi di-cover dari situ. Kalau akademi ini bisa berjalan dengan baik maka akan meningkat menjadi sekolah tinggi. Kemudian membangun lagi di kabupaten, akademi-akademi. Ini tentu tidak semudah membalikkan tangan. Namun, ini bisa dimulai dari sekarang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement