Selasa 18 Feb 2014 12:21 WIB

Leena dan Dinginnya Warga Chicago

Muslim Amerika
Muslim Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ferry Kisihandi

Topi rajutan menutupi kepala Leena Suleiman (25 tahun). Suhu yang hampir menyentuh nol derajat Celsius di Chicago, AS, memaksanya harus menutup seluruh tubuhnya dengan rapat. Termasuk kepalanya. Dan, topi rajutan itu menutup pula jilbab yang ia kenakan.

Menyisakan wajah dan kaca mata hitam yang jelas terlihat oleh orang lain. Dalam perjalanan menuju tempat kerjanya, Leena merasakan perbedaan. Pada Selasa (11/2) itu, warga non-Muslim lebih ramah terhadapnya. Mereka menyapanya dengan hangat.

“Semula, saya tak paham dengan apa yang terjadi,” kata Leena dalam blognya, Facetruth. Chicago Sun-Times dan Huffington Post mengutip pula kisah Leena. Kala itu, ujar Leena, non-Muslim berbicara lebih banyak kepadanya.

Perempuan yang bertemu dengannya sangat bersahabat seakan sudah sejak lama mereka bertemu. Laki-laki melihat Leena seakan seseorang yang dapat disentuh. “Dan, saya merasa benar-benar berasal dari planet ini,” ungkap Leena yang berprofesi sebagai arsitek.

Ia mengaku biasanya membiarkan jilbabnya terlihat ketika keluar rumah. Namun, hawa dingin yang menusuk membuatnya harus menutup seluruh bagian tubuhnya termasuk jilbabnya dengan topi rajutan. Jilbabnya tak kelihatan dan ia pun memperoleh sapaan hangat.

Kemudian ia menyadari apa yang terjadi. Kepalanya dipenuhi beragam pertanyaan. “Apakah ini berarti dengan berjilbab saya tak bisa diterima, dicintai, dan tak bisa dihormati?” tanyanya. Kepada Sun-Times, Leena mengatakan sedih dengan kenyataan ini.

Bila cuaca cerah kembali dan seluruh tubuhnya tak tertutup oleh pakaian hangatnya, kata Leena, kondisi sebelumnya akan kembali lagi. Tak ada lagi non-Muslim yang menyapanya. Tapi, bagaimanapun ia berterima kasih pada musim dingin dan suhu yang menusuk.

Karena musim dingin, Leena diperlakukan lebih hangat dibandingkan hari-hari sebelumnya. Ia berdoa suatu hari orang lebih familiar dengan budaya dan keyakinan orang lain. Ia juga menyayangkan, Muslim yang saat jilbabnya tertutup rapat pakaian hangatnya, tak menyapanya.

Sebab mereka tak tahu ia adalah Muslimah berjilbab. Biasanya, pada saat seorang Muslimah berjilbab bertemu dengan Muslimah berjilbab lainnya, mereka saling menatap. Lalu, mereka mengucap salam.  Hari itu, tak ada salam tersebut.

Melalui blognya, Leena menitip pesan baik kepada non-Muslim maupun saudaranya yang Muslim. “Mencobalah untuk belajar ketika Anda melihat seseorang yang terlihat, bertindak, dan keyakinannya tidak sama dengan Anda,” katanya.

Direktur Eksekutif Council on American-Islamic Relations (CAIR) Chicago Ahmed Rehab mengatakan, ibu dan adik perempuannya mendapatkan pengalaman yang sama dengan Leena.

Ia mengetahuinya saat pertama kali mendampingi adiknya ke mal setelah mulai berjilbab. “Orang memandangi adik saya dan saya balik memandang mereka. Dan, saya katakan kepada adik saya, tak akan membiarkan hal seperti ini mengganggumu,” kata Rehab.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement