Selasa 11 Feb 2014 16:04 WIB

Remaja Masjid Bendung Valentine

Logo Riska
Foto: dokumentasi
Logo Riska

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ani Nursalikah/ Fuji Pratiwi

FSLDK Imbangi perayaan Valentine dengan gerakan tutup aurat.

JAKARTA -- Dakwah ditempuh remaja masjid untuk membendung perayaan yang tak sesuai dengan ajaran Islam, termasuk perayaan Valentine. Remaja Masjid Cut Meutia (RICMA) memanfaatkan media sosial, seperti Facebook dan Twitter.

Ketua RICMA Mohammad Soeharto mengatakan, melalui Facebook dan Twitter, organisasinya ingin memberi pemahaman soal sejarah Valentine. Sebenarnya, perayaan itu tak sesuai Islam. ‘’Banyak anak muda belum tahu latar belakangnya,’’ katanya, Senin (10/2).

Pada akhirnya, kini anak-anak muda Muslim sering merayakannya dan tak jarang diiringi dengan pergaulan bebas. Ia meyakini semakin tahun semakin banyak anak muda Muslim merayakan Valentine. RICMA, kata dia, sengaja memanfaatkan media sosial.

Hingga sekarang, media sosial semacam Twitter sudah tak asing lagi bagi anak-anak muda Muslim. Ia berharap dakwah yang dilakukan melalui media sosial efektif. “Media sosial semakin luas, tetapi dari segi agama belum benar-benar efektif,’’ katanya.

Mohammad mengatakan, misi dakwah melalui media telah diputuskan sejak pergantian kepengurusan Desember 2013 lalu. Menurut dia, Twitter milik RICMA sudah memperoleh 1.719 follower. Selain melalui media sosial, kajian dakwah diadakan setiap pekan pada Ahad.

Sekretaris Umum Youth Islamic Study Club (YISC) Al-Azhar Muhammad Reza mengatakan tidak ada kegiatan khusus pada 14 Februari saat perayaan Valentine. Pendekatan dan permahaman perayaan yang tidak sesuai nilai Islam ini mereka lakukan secara personal saja.

Menurut Reza, yang dilakukan hanya mengingatkan kembali. Sebab, rata-rata anggota YISC pun merupakan kalangan muda yang relatif paham dan sepakat untuk tidak memeriahkan Valentine.

Tahun lalu, YISC mengangkat isu hijab dan meramaikannya pada Februari. Tahun 2014, kegiatan tidak lagi diadakan dan hanya diisi kajian rutin tentang halal haram. Kajian ini berlangsung selama satu semester dan membahas semua hal berkaitan halal-haram.

Bahkan, YISC pernah melakukan inspeksi sederhana dengan mengajak anggotanya mengunjungi restoran dan menanyakan sertifikat halal kepada manajemen restoran.

Sementara, Kepala Biro Aliansi Strategis Remaja Masjid Sunda Kelapa (RISKA) Akbar Dewan menuturkan 14 Februari sama saja dengan hari-hari akhir pekan biasa. Anggota RISKA tak memedulikan Valentine yang banyak dirayakan anak muda.

‘’Kami tidak ingin memopulerkan 14 Februari dengan kegiatan khusus,’’ kata Akbar. Ia beralasan, jika ada acara khusus, secara tidak langsung ikut juga merayakan meski dengan kegiatan positif. RISKA memilih kajian untuk memberikan pencerahan. Itu dinilai efektif.

Jumat pekan ini, tema kajian adalah Manajemen Cinta yang Baik. Tema itu direncanakan sebelumnya dan tidak berkaitan dengan perayaan Valentine. ‘’Yang jelas tidak ada acara spesial karena nanti malah populer,'' ungkap dia.

Untuk mengimbangi ingar-bingar Valentine, Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Indonesia menggulirkan Gerakan Menutup Aurat Internasional. Kegiatan ini dimulai pada 14 Februari hingga 28 Februari.

Koordinator Komisi Kemuslimahan FSLDK Indonesia Geubrina Maghfirah menyampaikan, gerakan ini digunakan untuk mengingatkan kembali esensi menutup aurat yang tidak hanya diwajibkan bagi perempuan Muslim, tapi juga laki-laki.

Gerakan Menutup Aurat Internasional ini rencananya akan serentak dilaksanakan 14 Februari mendatang di berbagai kampus di Indonesia,’’ katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement