REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebutuhan para penghafal Alquran dan Hadits shoheh Nabi Muhammad SAW dari generasi muda sangat dibutuhkan bagi Indonesia ke depan. Karenanya upaya menciptakan hafidz muda ini sangat penting untuk terus dilakukan termasuk dari berbagai even pagelaran musabaqah hafidz Alquran dan hadits.
Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam, Abdul Djamil saat penutupan Musabaqah Hafalan Alquran dan Hadits di Masjid Sunda Kelapa mengungkapkan perlu diperbanyaknya generasi muda menjadi hafidz Alquran dan Hadits. “Kita akan memiliki kader-kader baru yang memiliki kemampuan menghafal Al-Quran dan Hadist sehingga populasi para penghafal (hafidz) semakin banyak,” ujar Djamil.
Ia menilai Hafidz dari generasi muda ini merupakan investasi yang kelak akan memelihara Al-Quran dan Hadist di tanah air dari orang-orang yang bertujuan tidak benar. Sejak dulu, kata dia, selalu ada upaya untuk menandingi Al-Quran namun segala daya upaya tersebut gagal menandingi keindahan dan kemurnian Al-Quran.
Karena itu, upya menjaga dan memelihara kesucian Al-Quran dan Hadist harus terus dilakukan, salah satunya melalui musabaqah ini. Ia pun mengapresiasi langkah yang dilakukan Kedubes Arab Saudi melalui musabaqah ini. "Upaya yang dilakukan Kedubes Arab Saudi adalah bagian integral untuk mengemban amanah Rasullullah atas dua hal yaitu Al-Quran dan Hadist,” ujar Djamil.
Ia pun berharap musabaqah ini untuk terus dilanjutkan, dibantu dan didukung bersama sehingga umat Islam di Indonesia menjadi terkemuka (ummatan wasatan) seperti diajarkan Al-Quran. Penyelenggaraan Musabaqah tahunan Hafalan Alquran dan Hadits tingkat nasional ke VI ini berlangsung sejak 19-21 Januari 2014.
Musabaqah ini diikuti oleh 175 peserta yang berasal dari 19 provinsi, 53 Kabupaten/Kota dan 58 Perguruan Tinggi/Pondok Pesantren. Cabang musabaqah untuk hafalan Al-Quran terbagi dalam kategori hafalan 30, 20, 15, dan 10 juzz dan hafalan Hadist untuk kategori 500 hadist lengkap dengan sanad dan 400 hadist tanpa sanad.