REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Amri Amrullah
Upaya menjaga kerukunan harus terus dilakukan tanpa henti.
AMBON-- Konflik horizontal yang pernah terjadi di Ambon, Maluku, menjadi pelajaran berharga betapa pentingnya semangat menciptakan kerukunan di Tanah Air.
Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali menilai, kondisi Ambon yang penuh dengan pembangunan saat ini harus menjadi contoh kerukunan di Indonesia.
Pembangunan ini tercipta karena kedamaian dan proses kerukunan yang terus dijaga masyarakat Ambon dan Maluku. Ambon dan Maluku telah membuktikan diri sebagai provinsi kerukunan umat beragama.
''Hal ini sangat monumental dan membanggakan," ungkap Menteri Agama, Suryadharma Ali, ketika membuka gerak jalan kerukunan di Kota Ambon, akhir pekan lalu.
Kondisi Ambon yang jauh lebih baik ini pun tecermin saat pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat Nasional ke-24, tahun lalu.
Menurut Menag, suasana kerukunan di Ambon terlihat nyata dalam MTQ Nasional itu. Awalnya, banyak yang menyangsikan keberhasilan MTQ ini.
Namun, berkat kerja sama berbagai tokoh dan umat beragama, acara ini berjalan sukses. Ini menunjukkan kerukunan merupakan bagian terpenting dalam pembangunan. ''Tidak ada persatuan atau pembangunan tanpa kerukunan," kata Menag.
Karenanya, ia mengimbau masyarakat Kota Ambon agar tidak melihat perbedaan suku, agama, atau bahasa sebagai kelemahan, tapi sebagai kekuatan. Kerukunan yang telah tercipta di Ambon, kata Menag, harus dijaga sampai kapan pun.
Salah satu kegiatan untuk mengakrabkan semua elemen masyarakat adalah dengan mempertemukan mereka melalui gerak jalan kerukunan.
Suryadharma menegaskan, upaya menjaga kerukunan harus terus dilakukan tanpa henti. Sebab, menurutnya, kerukunan itu sangat dinamis dan gampang berubah.
Di Kota Ambon, Suryadharma Ali juga menggelar silaturahim dengan para tokoh agama setempat. Di antaranya, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Sinode Gereja Protestan Maluku, Walubi Maluku, dan Parisada Hindu Dharma Maluku.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Maluku Idris Latuconsina mengatakan, kesadaran masing-masing umat untuk hidup rukun merupakan hal yang sangat penting.
"Belajar dari konflik kemanusiaan yang pernah terjadi, konflik itu hanya membawa luka dan dendam berkepanjangan," ujar pria yang juga Sekretaris MUI Maluku itu.
Idris pun berharap, buah perdamaian antarumat beragama di Maluku saat ini jangan dicederai aksi-aksi yang tidak bertanggung jawab. Ini demi terciptanya kedamaian panjang di Maluku dan Indonesia secara keseluruhan.
Sementara, Ketua Sinode Gereja Protestan Maluku Jhon Ruhulesin lebih menyoroti soal politik terkait pemilu legislatif dan pemilihan presiden 2014.
Ia meminta para calon legislatif (caleg) agar tidak menjual agama di Ambon demi kepentingan politik. Sebab, menurutnya, caleg yang menjual agama dalam kampanye hanya akan membenturkan nilai agama untuk kepentingan pribadi. "Kita tidak mau potensi konflik membuat luka lama kembali terjadi."