Jumat 17 Jan 2014 19:18 WIB

Pesantren Suryalaya Potret Kesejukan Islam

Kompleks Pesantren Suryalaya Tasikmalaya Jawa Barat
Foto: Nashih Nashrullah
Kompleks Pesantren Suryalaya Tasikmalaya Jawa Barat

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Nashih Nashrullah

“Anu matak ulah rek kajongjonan, ngeunah dewek henteu lian”

 

Kalimat itu, kurang lebih bermakna janganlah acuh tak acuh dan hanya menyenangkan diri sendiri. Penggalan petuah bijak Pendiri Pesantren Patapan Suryalaya Kajembaran Rahmaniyah atau disingkat dengan Suryalaya, Tanjungkerta Pageurageung, Tasikmalaya alharhum Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad yang terabadikan dalam risalah Tanbih. Kumpulan wasiat  yang hingga sekarang menjadi pegangan bagi para santri dan pengikut Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN) di Suryalaya. 

Ada empat poin utama nasihat yang disampaikan oleh penyebar TQN di wilayah Jawa Barat itu, pada intinya menekankan keseimbangan dalam segala hal. Cinta agama harus taat pada negara, saleh ritual juga harus peka sosial.

Bahkan, nyaris keempat poin tersebut menekankan pentingnya kesalehan sosial, mengiringi kesalehan indivudal. Sina logor dina liang jarum, ulang sereg di buana. Hendaklah bersikap budiman, tertib, dan damai. Jangan sesekali timbul persengketaaan, tidak  lain tujuannya adalah budi utama jasmani sempurna (cageur-bageur).

Sejak berdiri 5 September 1905, di bawah kepemimpinan tokoh yang dikenal dengan Abah Sepuh tersebut pesantren menjadi simbol sekaligus bukti dari keluhuran Islam. Kehadirannya menjadi oase di tengah kegersangan mental dan keterpurukan fisik warga setempat. Kekuatan spiritual keluarga besar pesantren tak bersifat rigid, terkungkung, justru menjelma menjadi daya dorong luarbiasa bagi terciptanya perbaikan, sebab itulah hakikat Islam. Sebuah perubahan.

Abah Sepuh yang wafat pada 25 Januari 1956 itu, mampu memanifestasikan Islam sebagai jalan hidup, tidak hanya secara vertikal, tetapi juga horizontal. Abah membangun irigasi serta bendungan untuk mengairi sawah penduduk, yang lantas dinamakan Bendungan Nur Muhammad. Sedangkan guna mendongkrak perekonomian, Abah Sepuh mendirikan pasar.

Kepedulian terhadap lingkungan telah mendarah daging kepada ahli warisnya, yakni KH Shohibul Wafa Tajul Arifin. Di bawah kearifannya, pesantren Suryalaya ibarat sang surya, yang menebarkan manfaat bagi alam semesta. Selaras dengan arti kata Suryalaya itu sendiri surya berarti matahari sedangkan laya bermakna terbit.

Tonggak prestasi figur yang akrab disapa Abah Anom itu, ialah mendirikan Pesantren Remaja Inabah pada 1971. Pesantren tersebut unik, lantaran menggunakan ajaran dan tuntunan agama untuk terapi penyembuhan para korban penyalahgunaan narkoba.

Menteri Agama Suryadharma Ali, menaruh hormat atas sumbangsih Suryalaya. Umat Islam saat ini, dituntut  berperan aktif  bagi  masyarakat di berbagai bidang mulai dari keagamaan, sosial, ekonomi, hingga politik.

Bermodalkan kepekaan terhadap sesama dan lingkungan serta bekal sumber daya manusia yang mumpuni, umat mesti menjadi tonggak perubahan bangsa dan negara. Bila masyarakat miskin, maka ini berarti umat Islam miskin. Jika sejahtera maka maknanya Muslim sejahtera."Kuncinya di umat Islam,"katanya saat menghadiri Maulid Nabi SAW di Suryalaya Senin (13/1). 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement