Sabtu 11 Jan 2014 17:19 WIB

'Laa ilaaha il'lallah' adalah Pemisah

erick yusuf
Foto: 1
1

Dengan konsekwensi ucapan Laa ilaaha illallah/tiada Tuhan selain Allah, maka dasar fundamen keyakinanpun ditanamkan dalam hati, ditegakkan dalam dada, dan dalam implementasi amal menjalankan seluruh perintah Allah dan menjauhi seluruh laranganNya. Setelah itu otomatis, tata cara keseharianpun akan mengikuti petunjuk Allah dan RasulNya. Seperti dalam Al Qur’an Allah berfirman:

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNYA dalam (menjalankan) agama yang lurus,…” (QS. Al Bay'yinah, 98 : 5)

Mukhlishiina lahud diin, atau memurnikan ketaatan dalam menjalankan agama atau diin yang lurus. Dapat dipahami dengan melakukan tata cara keseharian sesuai dengan petunjuk Allah dan RasulNYA.

Memang jika kita pahami arti dari kata Agama yang berasal dari diin, yang lebih diartikan dengan the way of life atau tata cara keseharian dalam kehidupan kita, dari mulai bangun tidur, beraktifitas terus sehingga tidur dan bangun lagi. Itulah arti dari agama atau diin. Dan dengan pemahaman itu Islam mengajarkan lewat Al Qur’an dan As Sunnah untuk melewati keseharian dengan keislaman.

Islam dari akar kata aslama dapat diartikan juga dengan selamat atau dalam arti yang lain adalah berserah diri kepada hukum dan ketetapan Allah SWT. Otomatis jika dalam konteks pertemanan atau persahabatan, maka boleh jadi jika ada seseorang dalam suatu kelompok yang meninggalkan kebiasaan yang satu kepada kebiasaan yang lain (atau meninggalkan kebiasaan yang tidak islami kepada kebiasaan yang Islami) maka mereka akan berpisah, dikarenakan mereka sudah tidak ada kesamaan kebiasaan lagi.

Ilustrasinya jika mereka terbiasa bersama-sama meminum khamr tetapi kemudian salah satu dari mereka meninggalkan kebiasaan itu, boleh jadi mereka mulai agak berbeda. Kemudian jika biasanya mereka melakukan kebiasaan lain yang dilarang oleh Allah dan RasulNya kemudian salah satu di antaranya meninggalkan kebiasaan itu, mestilah semakin hari semakin berbeda dan semakin berjarak yang akhirnya berpisah. Walaupun pada awalnya mereka bersahabat.

Semua itu pastilah terjadi dikarenakan Allah memisahkan yang haq dan yang bathil dengan sejelas-jelasnya. Seperti di dalam ayat Al-Quran:

“Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang haq dan yang bathil”. (QS. Ath Thaariq, 86 : 13)

Dan ketika orang-orang yang sudah masuk ke dalam keislaman dalam kesehariannya dan mencoba memurnikan kesehariannya, pastilah dengan otomatis akan menjauhkan diri atau bahkan dijauhkan dari lingkungan yang buruk, sebagaimana ayat:

“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan Furqaan….” (QS. Al Anfaal, 8 : 29)

 

Furqon dalam ayat ini dapat diartikan sebagai petunjuk yang membedakan antara yang haq dan yang bathil, dan dapat juga diartikan sebagai pertolongan.

Kembali kepada pertanyaan Kang Otong dan Akhwat di atas apakah tidak bisa menyatu? Apa yang sebenarnya memisahkan? Seperti ilustrasi air dan minyak di atas bisa bersama tetapi tidak bisa menyatu, akidah-lah yang akan memisahkan. Dan dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa salah satu orang-orang yang mendapat naungan perlindungan di hari akhir adalah orang yang bertemu dan berpisah karena Allah.

Semoga para sahabat-sahabat itu memperoleh hidayah dengan kembali ke jalan Allah, agar kita dapat selalu bergandengan beriringan bersama berjuang dalam menegakkan hukum Allah di dalam hati, dalam diri, dimanapun di muka bumi ini. Aamiin, Ya Rabbal ‘Aalamiin.

Tidaklah lebih baik dari yang menulis ataupun yang membaca, karena yang lebih baik di sisi Allah adalah yang mengamalkannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement