Rabu 18 Dec 2013 05:08 WIB

Meyda Safira Rasakan Berkah Setelah Berhijab

Meyda Sefira
Foto: dok rep
Meyda Sefira

REPUBLIKA.CO.ID, Manis dan getirnya setiap penggalan demi penggalan kisah hidup, tak akan hilang dalam ingat an aktris muda, Meyda Safira. Putri ketiga dari pasangan Ir H Irvin Murad dan Hj Annie Maryani telah melewati fase dan masa sulit dalam hidupnya. Meyda pernah bekerja paruh waktu sebagai pelayan restoran di Bandung untuk menambah uang sakunya. Ia digaji sekitar Rp 29 ribu per jam. Tugasnya serabutan mulai mengepel lantai, pelayan, hingga menjadi kasir.

Keputusan untuk mengenakan jilbab dan menjadi Muslimah sepenuhnya pada medio 2008 membawa keberkahan. Kasih sayang serta perlindungan Allah sangat dirasakan oleh mojang asal Kota Kembang, Bandung, Jawa Barat. Hidayah untuk berjilbab justru membawanya pada keseimbangan jiwa berikut terbukanya pintu rezeki dari berbagai penjuru.

Rezeki datang bertubi-tubi, berupa kematangan jiwa ataupun materi. Keimanan Meyda pada Allah menebal seiring terbuktinya janji-Nya untuk lebih mengasihi dan melindungi pemuda Muslim yang mau menjalani perintah agama. “Selama ini Allah menjaga pergaulan saya jauh dari godaan yang banyak ditemui di dunia entertainment karena kerudung yang saya kenakan,” ungkap pemeran Husna, adik Azam dalam film “Ketika Cinta Bertasbih” itu. Dia bersyukur atas pilihannya memakai lambang kehormatan Muslimah itu. Bagaimanapun jilbab menjadi tanda kehormatan Islam dan bentuk kasih sayang serta perlindungan Allah pada perempuan.

“Agar orang lain lebih menghargai keberadaan perempuan,” kata mahasiswi tingkat akhir di Institut Teknologi Nasional Bandung ini. Muslimah yang telah mematuhi perintah agama diyakini Meyda tak bakal kehilangan kesempatan untuk berprestasi. Mojang Bandung ini telah membuktikannya. Di masa kecilnya, Meyda akrab dengan dunia modeling. Saat menapak di bangku sekolah, ia pernah didaulat sebagai model merek sepeda kenamaan dan dinobatkan menjadi model perumahan terkenal di kawasan Surabaya, Jawa Timur. Dia juga menjadi model freelance Skaters 2007.

Prestasinya, tak hanya mengandalkan paras yang ayu, anugerah kecantikan itu juga didukung dengan intelektual yang mumpuni. Dara kelahiran 20 Mei 1988 pernah menyabet peringkat ke-2 untuk nilai ujian akhir nasional (UAN) di sekolahnya. Di bangku kuliah, dia juga memperoleh predikat sebagai Mahasiswa Berprestasi Institut Teknologi Nasional (Itenas) jurusan Teknik Lingkungan tahun 2008.

Meyda juga dikenal aktif dalam himpunan mahasiswa dan paduan suara. Segudang pres tasi itu mengantarkannya lulus pada audisi “Ketika Cinta Bertasbih” (KCB) pada 2008. Tangga karier keartisan itu terus ia daki de ngan terlibat da lam film KCB 2, “Dalam Mihrab Cinta” serta sinetron KCB. Kerja keras yang ia lakoni membuatnya layak menyandang gelar pemeran pembantu wanita terbaik Festival Film Bandung 2011 dalam perannya di sinetron. 

“Maka sebaiknya Muslimah tak menunda keinginan yang kuat untuk berhijab karena justru setelah berhijab, Allah melimpahkan rezeki yang lebih banyak,” papar Meyda. Berkat hijab pula, Meyda berusaha menjaga perilakunya di depan publik. Restu untuk berkarier di Ibu Kota juga mengalir dari kedua orang tuanya. Beliau berdua, sebutnya, memberi izin dan menyerahkan penjagaan anaknya pada Allah. Meyda kian yakin hidayah dari Allah seharusnya dicari dari pergaulan sehari-hari.

Lingkungan keluarga dan teman-teman menjadi kawah candradimukanya. Tak segan, Meyda menggali ilmu dari berbagai kajian keislaman di sekitar rumahnya serta forum-forum pemuda Islam. Di puncak kariernya itu, masih tebersit di benaknya untuk mengamalkan ilmu yang ia peroleh. Keinginannya cukup sederhana, meraih gelar master di bidang teknik lingkungan dan berprofesi sebagai dosen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement