REPUBLIKA.CO.ID, LILONGWE -- Makanan halal yang beredar di Malawi kini dimintai komunitas non-Muslim. Awalnya mereka ragu, khawatir makanan halal merupakan bentuk propaganda Muslim.
"Kami, orang-orang Kristen sepenuhnya merangkul konsep ini. Awalnya kami ragu, namun kami sadar ini untuk kebaikan kami sendiri," kata Pastor Barnabas Salaka, seperti dilansir onislam.net, Senin (2/12).
Barnabas mengatakan selama bertahun-tahun komunitas Kristen ingin menerapkan hidup sehat, seperti apa yang dipaparkan dalam Alkitab. "Apa yang kami lihat dari makanan halal ini adalah sejalan dengan panduan yang dipaparkan Alkitab. Kami tidak lagi memiliki keraguan soal itu," ucapnya.
Menurutnya, Alkitab melarang umat Kristiani mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi dan merupakan persembahan untuk berhala. Ini artinya ada prinsip standar higienis yang ketat.
Kolega Salaka, Pastor Emmanuel Mbaisa mengungkap konsep halal telah mempromosikan satu standar higienis yang baik. Ini yang membuat kalangan non-Muslim tak ragu untuk mengkonsumsinya. "Sebagai pemimpin gereja, saya sangat mendukung konsep ini. Dan saya telah meminta umat Kristiani agar mengadopsi konsep halal," kata Sheikh Salim Chikwatu, Koordinator Nasional Departemen Halal di bawah Asosiasi Muslim Malawi (MAM).
Para pemimpin komunitas Muslim menyimpulkan penerimaan makanan halal oleh kalangan non-Muslim merupakan wujud betapa konsep halal ini tidak hanya milik Muslim saja. "Tidak mudah menyakinkan kalangan non-Muslim selama bertahun-tahun. Perkembangan ini merupakan kemajuan dalam mempromosikan ajaran Islam," kata dia.
Menurut dia, konsep halal ini menguntungkan semua orang. Sebab mencakup kontrol kualitas yang baik, standar kebersihan dan metode penyembelihan yang sempurna. "Ketika Anda membeli produk bersertifikat halal. Ada kepuasan, dan jaminan.," kata dia.