REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nashih Nashrullah
Milad ke-80 menjadi momentum lembaga yang berdiri sejak 1933 ini untuk terus berkiprah di dakwah, pendidikan, dan sosial.
Lantunan shalawat kepada Rasulullah SAW sontak membuat suasana sejuk kawasan perbukitan Babakan Madang, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Ahad (18/11), menjadi bertambah hening.
Hujan yang turun sejenak, reda dengan segera. Di tempat yang sama, para tamu undangan telah memadati tenda yang disiapkan dalam rangka tasyakuran Milad ke-80 As-Syafi'iyah sekaligus Peletakan Batu Pertama Kampus III.
Tampak hadir antara lain Menteri Agama Suryadharma Ali, Sekretaris Ditjen Bimas Affandi Mochtar, Kepala Kemenag Bogor Suhendra, dan sejumlah tamu luar negeri, di antaranya Syekh Dzakwan al-Halabi dari Suriah, Dr Ali Abdul Aziz dari Mesir, dan Syekh Thahir bin Aqil dari Arab Saudi.
Rektor Universitas As-Syafi'iyyah Prof Tuty Alawiyah AS mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang mendukung dakwahnya. Dia mengaku tak bisa melukiskan kegembiraan atas pencapaian As-Syafi'iyyah yang berdiri sejak 1933 dan respons positif masyarakat terhadap lembaga itu.
Selama 80 tahun mengabdi, ungkap Tuty, As-Syafi'iyah tetap bergerak memajukan sumber daya manusia, mengembangkan pendidikan, dakwah, dan sosial. Termasuk, berupaya mengader bibit-bibit ulama. Ini menyusul wafatnya sejumlah ulama karismatik belakangan ini. “Kita fokus menggarap hal tersebut,” tutur dia.
Di bidang sosial, papar dia, As-Syafi'iyah antara lain bergerak mengasuh dan mendidik anak yatim. Pihaknya aktif terlibat dalam Forum Yatim ASEAN dan dipercaya memimpin Persaudaraan Pengelola Yatim Indonesia yang berasal dari 24 provinsi.
Dalam waktu dekat, bersama forum ini As-Syafi'iyah akan meluncurkan Program Cinta Yatim Nasional. Maka, milad ke-80 menjadi momentum untuk meneguhkan kiprah tersebut, selaras dengan tema yang diangkat tahun ini yakni Memartabatkan Bangsa Lewat Pendidikan, Dakwah, dan Sosial.
Gedung pusat dakwah tersebut nantinya akan difungsikan sebagai pusat pelatihan. Terutama bagi ibu-ibu yang aktif di majelis taklim yang terkoordinasi lewat Badan Koordinasi Majelis Taklim (BKMT). Kini, BKMT tersebar di 33 provinsi dan 430 kabupaten.
Tuty mengungkapkan, Milad ke-80 As-Syafi'iyah dirangkai dengan beragam kegiatan mulai 15 November. Antara lain, ziarah ke makam alm Buya KH Abdullah Syafi'ie yang diikuti ribuan jamaah, pentas seni, sarasehan nasional, peduli yatim dan tunanetra dengan pembagian 1250 paket bingkisan, gerak jalan persaudaraan yang diramaikan 15 ribu massa.
Peletakan batu pertama Pusat Dakwah Tuty Alawiyah dan Kampus III Kampus UIA mengakhiri rentetan kegiatan milad. "Ini puncak acara milad," sebut Ketua MUI Pusat Bidang Pemberdayaan Perempuan ini.
Menag mengapresiasi kiprah As-Syafi'iyah berkonstribusi untuk umat dan bangsa. Sumbangsih institusi yang digawangi oleh Prof Tuty Alawiyah AS tersebut meliputi dakwah, pendidikan, ekonomi, dan sosial. Perjuangan itu tak terlepas dari sepak terjang tokoh karismatik almarhum KH Abdullah Syafi'ie.
Di bidang pendidikan, lembaga ini berhasil mencetak ribuan bahkan jutaan murid yang berperan di berbagai lini. Menag menyebut, misalnya, Wakil Ketua MPR RI Lukman Hakim Saifuddin.
Karena itu, sepak terjang dakwah Tuty yang pernah menjabat menteri pemberdayaan perempuan di era Orde Baru itu merupakan modal berharga guna merealisasikan pusat dakwah itu. "Ibu Tuty pantas memiliki pusat dakwah,"ujar dia.
Ia berharap pendidikan Islam terus meningkatkan kualitas agar mampu berkompetisi dan mencetak sumber daya manusia (SDM) unggul.
Tanpa SDM yang berkualitas tersebut, generasi anak Bangsa akan tertinggal. Hal ini tak bisa dibiarkan. Melimpahnya sumber daya alam Indonesia menuntut keberadaan SDM yang andal dan luar biasa pula.
Maka, penting menguasai ilmu agama sekaligus kemampuan untuk mengelola kekayaan alam yang melimpah ruah.
Bila tidak, bukan mustahil justru tangan-tangan asing yang akan mengeruk dan menikmati anugerah alam tersebut. "Jangan sampai kita jadi kuli," kata penyabet gelar doktor HC dari UIN Maliki, Malang, Jawa Timur ini.