REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ani Nursalikah, Hafidz Muftisany
JAKARTA -- Organisasi kemasyarakatan Muhammadiyah merayakan ulang tahunnya yang ke-101, Senin (18/11). Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin bersyukur Muhammadiyah tetap eksis hingga kini.
Menurut Din, Muhammadiyah terus menunjukkan kiprahnya bagi kemanusiaan, bangsa, dan negara. Memasuki usia ke-101 tahun,
Muhammadiyah tetap berkomitmen menjadi gerakan pencerahan yang mencerahkan bangsa, kata Din saat memberikan sambutan dalam Syukuran Milad Muhammadiyah sekaligus peluncuran TV Muhammadiyah di Jakarta, kemarin.
Muhammadiyah, kata Din, akan meneguhkan kemitraan dengan berbagai pihak untuk tetap menjadi gerakan pencerahan. Dia berharap ormas yang didirikan di Kauman, Yogyakarta, ini mampu mengajak umat dari kegelapan menuju jalan yang terang benderang.
Di tengah badai dunia yang melanda bangsa ini, kami mengajak semua elemen untuk tetap istiqamah, tetap pada jati diri kita untuk meneruskan gerakan pencerahan bagi Islam yang berkemajuan seperti yang digagas Kiai Haji Ahmad Dahlan, kata Din yang lahir di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, 31 Agustus 1958 ini.
Di tengah badai budaya, Muhammadiyah meneguhkan komitmen dalam langkah dakwah. Muhammadiyah berupaya menghadirkan Islam yang berkemajuan, jelas dia.
Selama 101 tahun usia Muhammadiyah, sambung Din, ormas tersebut telah berkontribusi di banyak bidang pendidikan, kesehatan, lembaga keuangan mikro, layanan sosial, dan sebagainya.
Apresiasi terhadap kiprah Muhammadiyah disampaikan Wakil Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Asad Said Ali. Usia satu abad, kata Asad, merupakan suatu prestasi tersendiri.
Muhammadiyah sebagaimana NU ikut dalam proses pembentukan Republik Indonesia. Ideologi Islam dan kebangsaan yang diusung kedua ormas besar menjadi fondasi bagi terbentuknya Indonesia.
Tidak banyak negara yang punya sejarah seperti kita. Mesir punya al-Azhar, tapi itu universitas. Malaysia juga tidak punya.
Inilah yang disebut dengan civil society atau masyarakat madani, ujar Asad. NU dan Muhammadiyah ada bahkan sebelum partai muncul. Ini artinya, diminta atau tidak kedua ormas mempunyai komitmen negara yang tidak pernah luntur.
Kedua ormas sama-sama anggota Partai Masyumi yang merupakan pendiri republik. NU dan Muhammadiyah juga memiliki peran besar dalam merumuskan Pancasila. Muhammadiyah bersama NU adalah partner sekaligus kontrol bagi pemerintah.
Kami tidak akan diam dan bersikap pasif. Namun, jangan yang mengkritik dianggap oposisi. Kita bersama-sama menegakkan amar makruf nahi mungkar. Sukses Muhammadiyah adalah sukses NU. Sukses NU dan Muhammadiyah adalah sukses bangsa, kata Asad.
Ormas, lanjut Asad, juga berperan sebagai penjaga moral. Ketika partai dihujat, masyarakat mencari sandaran ke ormas.
Perbedaan yang ada antara NU dan Muhammadiyah sebaiknya jangan diperuncing. Perbedaan adalah hal yang biasa dan merupakan rahmah. Tidak ada perbedaan secara akidah yang mencolok antara NU dan Muhammadiyah.
Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Ahmad Satori Ismail menyebut Muhammadiyah telah banyak berbuat untuk masyarakat. Berpusat pada dakwah, Muhammadiyah telah mengembangkan ekonomi umat hingga yang paling menonjol adalah pendidikan.
Alhamdulillah usia yang mencapai 101 tahun, Muhammadiyah terus berkontribusi untuk umat. Gerakan ekonomi dan pendidikannya terkoordinasi dengan baik, kata Satori.
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini berharap Muhammadiyah terus memajukan umat lewat gerakan pendidikannya.
Saat ini dibutuhkan kader umat yang memiliki pengetahuan agama yang kuat sekaligus intelektualitas yang tinggi. Semakin matangnya usia, membuat Muhammadiyah harus kian memperhatikan anggotanya.
Menurut Satori, yang kurang saat ini adalah pembinaan rutin bagi kader dari Muhammadiyah pusat. Banyak kader kurang mendapat perhatian ke dalam.
Dengan siraman rohani yang rutin, ujar Satori, yang belum paham agama bisa menjadi berilmu. Dari sisi ekonomi yang mustahiq bisa berubah menjadi muzakki. Yang belum sadar dakwah akan membantu dakwah. Saat ini perhatian itu yang kurang, ujar Satori.
Satori menyebut tantangan dakwah ke depan bagi Muhammadiyah dan ormas Islam lain adalah mempersatukan kepemimpinan Islam. Umat saat ini masih bingung dengan tergolong-golongkannya partai berbasis massa Islam.
Sehingga, potensi besar umat masih meraba siapa wakil umat yang pantas memimpin bangsa ini. Mempersatukan elemen umat ini harus dimulai dari ormas besar seperti Muhammadiyah, kata Satori menambahkan.