Sabtu 16 Nov 2013 14:08 WIB

Lembaga Pendidikan Quran Berbasis 'Daring' Segera Diluncurkan

Tifatul Sembiring
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Tifatul Sembiring

REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Sebuah lembaga pendidikan tinggi Al Quran berbasis "daring" (dalam jaringan komputer) atau "online" bernama "Shuffah Al Quran Abdullah bin Mas'ud (SQABM) segera diluncurkan.

"Acara grand launching pada Selasa (19/11) di Pondok Pesantren Al-Fatah Natar Lampung Selatan akan dihadiri sejumlah menteri, yakni Mendikbud Mohammad Nuh, Menkominfo Tifatul Sembiring, Menag Suryadharma Ali, para duta besar negara Timur Tengah, dan pejabat setempat," kata ketua panitia peresmian SQABM, Novirzal, di Bandarlampung, Sabtu.

Ia menyebutkan latar belakang pendirian lembaga ini adalah melihat realita saat ini jutaan Muslim tidak memiliki kesempatan mempelajari Al Quran karena berbagai alasan, terutama alasan ekonomi, sosial dan geografis.

Menurut dia, umat Islam yang hidup di daerah minoritas atau negara berideologi komunisme sulit bagi mereka untuk dapat menyelenggarakan lembaga pendidikan berbasis Islam yang diakui oleh pemerintah setempat.

Ia menjelaskan ada dua keunggulan dalam metode yang ditawarkan lembaga ini, yakni metode "online" dapat memudahkan pengguna, apalagi pihaknya mendapat dukungan penuh dari PT Telkom Indonesia yang menyediakan layanan internet melalui jaringan fiber optik.

Keunggulan lain, metode klasikal akademik, yakni metode khusus bagi mereka yang ingin mendapat gelar sarjana dengan syarat memiliki ijazah SMA atau sederajat dan bersedia mengikuti kuliah dengan total 153 SKS dan setiap semester hafal lima juz.

"Progam unggulan SQABM adalah program menghafal Quran. Mahasiswa diprogramkan menghafal 30 juz dalam waktu tiga sampai empat bulan," ujarnya.

Novirzal menjelaskan pada Januari 2013 hingga kini, Pelatihan Tahfidzul Quran telah diikuti lebih dari seribu peserta dari Indonesia dan Malaysia dengan para pengajar yang didatangkan langsung dari Gaza Palestina.

"Hasilnya cukup memuaskan lebih dari 50 persen peserta mampu memenuhi target menghafal Al Quran," terangnya.

Metode ini lanjutnya, telah dipraktekkan di Ma'had Darul Quran wa Sunnah Gaza Palestina. Setiap tahunnya, lembaga ini mewisuda ribuan santrinya yang telah hafal 30 juz Al Quran.

Ketua SQABM Yakhsyallah Mansur mengatakan bagi mahasiswa yang sudah hafal 30 juz Al Quran bisa mendapatkan gelar sarjana dalam tiga tahun.

"Harapan dibentuknya SQABM agar dapat mengentaskan muslimin dari buta huruf Al Quran," ujarnya.

Selain itu, untuk membangun peradaban umat manusia berdasarkan Al Quran sebagaimana tugas utama Nabi Muhammad SAW untuk menyempurnakan akhlak manusia yang mulia.

Dosen-dosen pengajar SQABM, menurut dia, para dosen Al Quran yang kompeten di bidangnya. Mereka berasal dari beberapa negara seperti Sudan, Yaman, Malaysia dan Indonesia.

Program pengajaran SQABM tersedia dalam tiga bahasa, yakni Indonesia, Inggris, dan Arab. Para mahasiswa juga mendapatkan mata kuliah lain seperti tafsir, tarikh (sejarah), dan lughoh (bahasa).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement