Rabu 13 Nov 2013 10:18 WIB

Dikotomi Pendidikan Agama Harus Disudahi

Rep: amri amrullah/ Red: Damanhuri Zuhri
Suasana belajar di Madrasah Diniyah (ilustras)
Foto: dangdutpantura.
Suasana belajar di Madrasah Diniyah (ilustras)

REPUBLIKA.CO.ID,

Intitusi pendidikan Islam harus meningkatkan kualitasnya.

JAKARTA — Dikotomi pendidikan agama Islam dengan pendidikan umum yang terus terjadi harus segera disudahi. Agama dan pendidikan harus berjalan seiring.

Cendekiawan Muslim Komaruddin Hidayat menyatakan, Indonesia harus kembali menyambung benang sejarah yang pernah terputus.

“Sejarah Islam menunjukkan, antara agama dan pendidikan tidak terpisahkan,” katanya pada peresmian gedung FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Senin (11/11).

Dia menyayangkan bagaimana masyarakat kemudian membuat dikotomi antara pendidikan agama Islam dan pendidikan umum.

Untuk memahami dan menyelesaikan masalah ini, kata dia, masyarakat harus bisa memahami ilmu umum dan melihat kaitannya pada ilmu agama. Hal inilah yang diupayakan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.

Universitas ini membuka banyak fakultas umum. Tidak hanya fokus mengedepankan kajian dan ilmu-ilmu agama. Hal ini sesuai dengan mandat yang diterima UIN, yaitu sebagai penjaga modernisasi dan memajukan perguruan tinggi Islam di Kementerian Agama (Kemenag).

Kenyataannya dalam sejarah, keilmuan Islam pernah sangat berkembang dan melahirkan para ilmuwan Muslim mumpuni.

UIN Jakarta juga memiliki visi dan misi menyatukan kalangan pesantren dan madrasah agar dapat ikut serta dalam pengembangan bangsa secara umum.

UIN ingin lebih merangkul pesantren dan madrasah yang kurang mendapat perhatian. Menurutnya, institusi pendidikan di bawah Kemenag terus berkembang lebih baik di tengah hujaman kritik kepada lembaga pendidikan di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Komarudin menegaskan, ke depan UIN akan terus memperbaiki kualitas dan sarana prasarana pendidikan. Ia pun menjanjikan beberapa tahun ke depan akan membangun Fakultas Pertambangan dan Perminyakan. Ini menunjukkan UIN Jakarta akan terus berkembang cepat dalam waktu yang akan datang.

Hal serupa dikemukakan Menteri Agama Suryadharma Ali. Ia menyatakan agar dikotomi tersebut disudahi. Pendidikan agama Islam yang saat ini berada di bawah naungan Kemenag diharapkan dapat mempelajari ilmu-ilmu umum dan sosial.

Dengan begitu, ketika para siswa pesantren ataupun madrasah lulus, mereka tidak buta atau bingung saat harus terjun ke masyarakat.

“Kampus pendidikan agama harus tahu problematika apa yang ada di masyarakat dan kampus juga ikut memikirkan bagaimana menyelesaikannya,” katanya. Oleh karena itu, sebagai salah satu universitas Islam, UIN harus selalu meningkatkan kualitasnya.

Bukan hanya memperbaiki diri dari segi materi pendidikannya, melainkan juga dari sisi fasilitas yang diberikan untuk para mahasiswa.

Dia mengapreasi UIN yang baru saja meresmikan gedung baru Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Pembangunan gedung FISIP UIN berjalan kurang lebih dua tahun sejak peletakan batu pertama pada 2011.

Menag berharap dengan diresmikannya gedung baru ini pengajaran di fakultas tersebut bisa menjadi semakin baik. Menurutnya, di tengah gairah perpolitikan saat ini, lembaga tinggi pendidikan politik memberikan sumbangsih besar baik dari sisi kajian akademisi maupun politik praktis.

Selain itu, kata dia, ada fenomena menarik, yakni Islam saat ini semakin menarik dalam kajian perpolitikan di kancah internasional.

“Untuk itu, lembaga pendidikan keagamaan seperti UIN  harus menjadi lembaga pendidikan yang paripurna. Inilah potensi besar FISIP UIN Jakarta,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement