Senin 28 Oct 2013 16:09 WIB

Muslim Korsel Butuh Masjid dan Makanan Halal

Rep: rosita budi suryaningsih/ Red: Damanhuri Zuhri
Logo Halal
Logo Halal

REPUBLIKA.CO.ID, Jumlah penduduk Muslim yang tinggal di Korea Selatan (Korsel) semakin bertambah. Selain penduduk pribumi, banyak juga penduduk migran Muslim yang berasal dari Pakistan, Bangladesh, dan negara lain yang merantau ke Negeri Ginseng ini.

Dengan bertambahnya jumlah penduduk Muslim, sebuah penelitian pun dilakukan. Penelitian ini membahas tantangan para umat Islam yang tinggal di Korsel.

Berdasarkan penelitian tersebut, terungkap bahwa warga Muslim di Korsel membutuhkan lebih banyak masjid dan makanan halal.

Sebagaimana tuntunan Islam, mereka diwajibkan untuk makan makanan yang halal. Untuk daging, mereka dilarang mengonsumsi daging babi. Inilah masalahnya. Di Korsel belum ada jaminan daging olahan yang dijual bebas dari kandungan babi.

 

“Untuk amannya, akhirnya mereka memilih makan sayur-sayuran saja,” ujar salah satu anggota El-Naafidha College yang membahas kajian Timur Tengah, Park Hyeon-uk.

Selain khawatir ada kandungan babi, di Korsel juga tidak ada jaminan daging sapi, ayam, dan daging lainnya disembelih secara Islam.

Jika penduduk Muslim Korsel hanya memakan sayuran saja, menurut Park, itu merupakan cara diet yang sangat tidak sehat. “Ketika diajak makan di luar, mereka kesulitan memilih makanan,” katanya.

Warga Muslim lebih memilih untuk memasak sendiri makanan yang mereka konsumsi agar ada jaminan yang jelas pada bahan penyusunnya.

“Islam adalah bagian dari kehidupan masyarakat Korsel. Akses mereka agar bisa mendapatkan makanan halal sangat sedikit,” ujar Park.

Selain makanan halal, hambatan lain yang dihadapi Muslim di Korsel adalah terbatasnya jumlah masjid. Penelitian ini memberikan saran kepada pemerintah setempat agar bisa menyediakan lebih banyak sarana ibadah bagi warga Muslim dan menyediakan makanan halal beserta kejelasannya pada setiap kemasan.

Menurut Park, jika Korsel bisa memperbaiki dua masalah ini, nantinya akan semakin banyak orang Muslim yang datang ke sana, baik untuk bekerja maupun menuntut ilmu.

“Mahasiswa Muslim, terutama yang berasal dari Arab Saudi, mengalami kesulitan besar selama menuntut ilmu karena hal ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement