REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW--Minimnya masjid yang mampu menampung jutaan Muslim Moskow berdampak penggunaan fasilitas publik seperti jalan raya untuk dijadikan lokasi pelaksanaan shalat Ied. Banyak kritik yang ditujukan kepada umat Islam membuat wacana pembangunan masjid kembali muncul.
Masjid Katedral Moskow, sebuah masjid tua yang kini diperluas tidaklah cukup. Tiga masjid lainnya, juga demikian. "Tentu saja, masjid diperlukan. Dimana pun itu," ungkap Abdul Baru Sultanow, warga Moskow, seperti dikuti voanews.com, Kamis (17/10).
Ironisnya, Gereja Ortodoks Rusia tengah membangun 200 gereja baru di Moskow. Sementara, Muslim Rusia tak jua bisa membangun masjid. Kendala izin menjadi masalah utama.
"Mereka (pemerintah) harusnya memahami ini sebelum akan menjadi masalah dikemudian hari," komentar aktivis Muslim, Geydar Dzhemal.
Walikota Moskow Sergei Sobyanin sebelumnya memastikan tidak akan ada masjid baru di Moskow. Menurutnya, warga Moskow belum membutuhkan itu. "Kebanyakan jamaah yang shalat dijalan merupakan pekerja asal Asia Tengah. Mereka ini akhirnya akan pulang ke negara masing-masing," kata dia.
"Hanya 10 persen penduduk Moskow yang shalat di jalan," kata dia.
Harus diakui, selepas Uni Soviet jatuh, warga Rusia baru mengenal kembali kehidupan keberagamaan. Secara tradisi, Rusia lebih akrab dengan Gereja Ortodoks. Ketika populasi Muslim meningkat, ditambah dengan kedatangan Muslim asal Asia Tengah, Rusia pun kaget.
Tak heran, bila ada muncul kekhawatiran dikalangan warga Rusia. "Rusia akan menjadi negara Islam, saya jadi takut , " kata Isolda Kukushkina, warga Moskow