Rabu 16 Oct 2013 17:10 WIB

Kronologi Korban Tewas Pembagian Daging Kurban Istiqlal

Rep: Hannan Putra/ Red: Djibril Muhammad
Warga menonton petugas masjid sedang merawat sapi kurban Presiden SBY & Wakil Presiden Boediono di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (14/10). (Republika/Adhi Wicaksono)
Warga menonton petugas masjid sedang merawat sapi kurban Presiden SBY & Wakil Presiden Boediono di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (14/10). (Republika/Adhi Wicaksono)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sungguh miris, demi sekantong daging kurban seberat 1 kilogram (kg), Sukiyo (64 tahun) justru harus mengorbankan nyawanya.

Perihnya deraan hidup, sekantong daging menjadi sangat berharga. Akhirnya, walau dalam kondisi sakit, Sukiyo memaksakan diri untuk datang ke Istiqlal Rabu (16/10) subuh itu.

Ketika pintu Istiqlal yang berada di depan jalan Juanda terbuka, Sukiyo bersama warga lainnya segera memasuki Area Masjid Istiqlal. Walau masih subuh buta, pukul 5.30 WIB itu halaman Masjid Istiqlal sudah dipenuhi ribuan mereka yang memegang kupon daging kurban.

Tak lama setelah pintu dibuka, Sukiyo yang memang tampak tak sehat itu ambruk. Petugas polisi lantas memapahnya keluar kerumunan dan langsung melarikan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

"Beliau ini meninggal bukan karena berdesak-desakan. Karena petugas sudah membuka pindu cukup lebar," jelas Kapolsek Sawah besar Kompol Shinto Silitonga di Masjid Istiqlal.

Menurut dia, setelah diidentifikasi tak ada tanda-tanda penganiayaan di tubuh Sukiyo, jadi meninggalnya Sukiyo murni disebabkan karena sakit. Saat dievakuasi petugas, tubuh Sukiyo bahkan sudah tampak membiru. "Beliau sudah meninggal ketika sampai di RSCM," kata Shinto.

Sementara itu keterangan dari Humas Polda Metro Jaya Kombespol Rikwanto mengatakan korban memang menderita tekanan darah tinggi dan stroke. Rikwanto juga mengatakan bahwa anak Sukiyo, Sigit telah melarang bapaknya untuk tak ikut mengantri pembagian daging kurban.

Sigit mengaku, ayahnya baru saja cek kesehatan di Puskesmas Sawah Besar. Sukiyo menderita darah tinggi mencapai 160. Namun walau kondisi tak sehat, kakek tersebut tetap ngotot kepada anaknya untuk berangkat ke Istiqlal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement