Sabtu 12 Oct 2013 02:50 WIB

Ratu Noor, Cahaya Pembaruan dari Yordania

Rep: c72/ Red: Damanhuri Zuhri
Bendera Yordania (ilustrasi)
Bendera Yordania (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,

Noor aktif pula dalam mendorong perdamaian dunia.

Semua bermula dari pernikahan dengan adat Islam tradisional di Istana Zaharan, Yordania, Elisabeth Najeeb Halaby, dengan Raja Hussein, penguasa Yordania.

Perempuan kelahiran 23 Agustus 1951 di  Washington DC, Amerika Serikat, tersebut menikah dengan orang nomor satu di Yordania kala itu, Raja Hussein. Peristiwa bersejarah itu terjadi pada 15 Juni 1978. Ini setelah melalui proses lamaran pada 13 Mei 1978.

Dengan demikian, putri Najeeb Halaby warga negara Amerika keturunan Suriah dan Doris Carlquist seorang keturunan Swedia itu menjadi ratu pertama kelahiran Amerika di negara Arab.

Dia memutuskan untuk masuk Islam dan meninggalkan agama sebelumnya Nasrani. Lisa memiliki nama Islam Noor al-Hussein yang berarti Cahaya Hussein.

Pernikahan lisa dengan Raja Yordania Hussein bermula ketika Lisa ditawari pekerjaan oleh ayahnya untuk menjadi direktur maskapai penerbangan bidang desain dan perencanaan. Sang ayah memiliki pekerjaan yang berbeda dari kakek buyutnya.

Najeeb adalah seorang penerbang di maskapai penerbangan eksekutif dan pejabat pemerintah. Ia menjabat sebagai Deputi Asisten Menteri Pertahanan dalam pemerintahan Truman sebelum diangkat oleh John F Kennedy sebagai kepala Federal Aviation Administration.

Lisa membantu desain Arab Air University yang akan dibangun di ibu kota Yordania dan perumahan untuk karyawan perusahaan Royal Yordania Airlines.

Lisa mengikuti beberapa acara sosial yang penting di Yordania dan mendapat kesempatan untuk bertemu Raja Hussein. Mereka pertama kali bertemu pada upacara di bandara pada 1977.

Raja yang masih berduka karena kehilangan istri ketiganya, Alia, sangat berminat dalam penerbangan. Keduanya kemudian menjalin pertemanan. Pada 1978 persahabatan mereka telah berkembang menjadi asmara lalu berakhir pada pelaminan.

Tantangan

Setelah menjadi ratu, Noor memiliki banyak tantangan.  Ia harus mengurus tiga anak dari pernikahan suaminya sebelumnya dan lagi harus siaga dari 25 kali ancaman pembunuhan yang ditujukan pada suaminya.

Sebagai seorang ratu, ia sangat berupaya untuk meningkatkan pendidikan di Yordania. Karena, selama ini banyak sekali pemuda yang terampil pergi belajar keluar negeri dan tidak kembali lagi untuk membangun negerinya sendiri.

Noor pun akhirnya menginisiasi pendirian Jubilee School. Sebuah sekolah tinggi untuk anak-anak berbakat. Selain itu, Noor juga berupaya untuk melestarikan warisan budaya Yordania. Ia membantu mebangun Festival Kebudayaan dan Seni Jerash.

Festival tersebut merupakan acara tahunan yang menampilkan tari, puisi, dan musik sebagai upaya untuk menarik wisatawan asing.

Anak-anak tidak luput dari perhatiannya dengan membentuk Kongres Anak Arab yang bertujuan agar anak-anak Arab tetap mengenal dan memahami warisan budaya mereka.

Ia juga berperan dalam pemberdayaan perempuan. Dengan latar belakang kehidupan liberal, dia mulai memberikan pengetahuan pada perempuan Yordania akan pentingnya pendidikan.

Ia pun memberikan pandangan terbuka mengenai hak perempuan untuk dapat bekerja di luar rumah tanpa bertentangan dengan Islam. Pada 1985 ia berinisiatif seluruh kegiatan sosialnya berada di bawah payung Yayasan Al Noor Hussein ( NHF ).

Karier internasional

Lisa juga aktif di berbagai organisasi perdamaian dunia dan sejumlah lembaga  pembangunan pendidikan dan kebudayaan yang positif dan pelestarian satwa liar dan sumber daya alam.

Pada 1984, ia ikut serta dalam mendukung suaminya dalam melindungi warga Palestina yang menjadi korban Amerika dan Israel. Ia pun ikut serta mengkritik Perang Iran-Irak.

Selama pidato di Dewan Urusan Dunia di Washington DC , Noor berpendapat, “Jika perdamaian abadi di Timur Tengah yang pernah untuk direalisasikan, sekarang saatnya bagi Amerika Serikat untuk membawa praktik sejalan dengan aktif dan tidak ambigu terhadap prinsip-prinsip yang mengatur demokrasi.” Atas sikapnya tersebut ia menuai kritik.

Usai ditinggal sang suami pada 7 Februari 1999, Noor tetap ikhlas dan sabar. Sebagai seorang ratu dia mampu menghibur bangsanya yang sedang berduka.

Sebagai Ratu dan janda muda dengan beberapa ikatan yang kuat untuk kerajaan, ia berjuang terhadap eksistensinya di dunia Arab.

Meskipun ia telah memutuskan untuk tetap di Yordania, ia telah mengurangi keterlibatan dirinya dengan organisasi nasional dan dunia.

Setelah kematian Raja Hussein, Noor mendirikan Yayasan Raja Hussein dan Raja Hussein Foundation International ( KHFI ) pada 1999.

KHFI mencakup beberapa organisasi yang bertujuan untuk membawa warisan Raja Hussein dengan mempromosikan perdamaian di seluruh Yordania dan Timur Tengah.

Sebagai Ketua organisasi, ia telah berinvestasi dengan meluncurkan program dan pemberian pengakuan untuk menciptakan perdamaian di antara manusia.

Bagian dari inisiatif itu adalah Media Tahunan dan Program Kemanusiaan yang diluncurkan pada 2007 dan mendorong rekonsiliasi budaya yang berbeda, terutama yang berfokus pada budaya Timur Tengah atau Islam.

Noor juga telah memahami pentingnya media sosial dalam memberikan suara perempuan. Noor juga menjadi presiden program Colleges Dunia Serikat pada 1995 dan bergabung dengan gerakan senjata antinuklir, Global Zero.

Hingga saat ini, hubungan emosional dia dan Yordania masih terikat melalui empat anaknya bersama Raja Hussein, yaitu Pangeran Hamzah, Hashim, Iman, dan Putri Raiyah.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement