REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Afriza Hanifa
“Saya tidak bisa menghubungkan sebab-sebab saya memeluk Islam, kecuali kepada petunjuk Allah RabbulAlamin. Tanpa petunjuk Allah, segala pelajaran atau ilmu, pembahasan dan lain-lain usaha untuk menemukan kepercayaan yang lurus ini bahkan mungkin menyebabkan orang tersesat,” ujar Prof Abdul-Ahad Dawud B.D, bekas Pendeta Tinggi di David Bangamni Keldani, Iran.
Pendeta David Benjamin Keldani,B.D, merupakan namanya sebelum berislam. Ia merupakan seorang imam katolik Roma dari sekte Uniate - Chaldean. Ia dilahirkan pada tahun 1867 di Persia dan tumbuh besar disana. Sejak kecil, ia telah dididik untuk disiapkan menjadi pendeta. David bahkan di kirim ke Roma untuk mempelajari teologi dan filsafat.
David menjadi pendeta yang aktif. Ia menghasilkan banyak karya keagamaan. Ia bahkan seringkali menulis tentang gereja di berbagai media. Prestasinya sebagai pendeta pun sangat gemilang. David bahkan pernah diutus oleh dua Uskup Agung Uniate-Chaldean Urmia dan Salinas untuk mewakili Katolik Timur pada Kongres di Perancis.
Namun di usia tuanya, ia mengalami gejolak batin. Bermula ketika terjadi perselisihan antarsekte agama yang ia anut. Ia bahkan menemukan perselisihan berdarah. Maka pertanyaan besar pun berkecamuk dalam pikirannya. Ia bertanya-tanya mengenai ragam dan warnanya agama yang ia anut. Keberagaman tersebut membuatnya mempertanyakan keauntetikan kitab suci bahkan Tuhannya.
Maka di musim panas tahun 1900, saat ia menikmati pensiun di sebuah vila di Digala, David memulai jalan hidayahnya. Ia membaca ulang kitabnya, kemudian bermeditasi. Ia mencari jawaban segala pertanyaannya.
Hingga kemudian saat pindah ke Belgia, ia bergabung kembali dengan komunitas Unitarian. David bersama komunitas pun berkunjung ke Istanbul. Disana ia bertemu ulama bernama Jemaluddin Effendi. Setelah banyak berbincang dengan sang ulama, David mendapatkan hidayahnya. Ia menemukan kebenaran di dalam Islam. David pun memeluk Islam dan mengubah namanya menjadi Abdul-Ahad Dawud.
Islam sebagai Way of Life
David merasa hidayah yang didapatkan begitu berharga. Ia bahkan tak habis pikir mengapa hatinya condong pada Islam. Mengingat sejak kecil ia telah dididik menjadi pendeta. Jika ditanya sebabnya memilih Islam, maka ia benar-benar merasakan mendapat petunjuk dari Allah. David merasa sangat beruntung mendapat petunjuk Allah.
Setelah berislam, David pun menjadi muslim yang taat. Ia mempelajari Islam dengan sungguh-sungguh. Ia bahkan merasakan ketenangan dan kedamaian setelah berislam. Semua yang diajarkan Islam, ia terapkan dalam hidup. Di sisa-sisa usianya, ia menjadikan Islam sebagai cara hidupnya.
“Dan seketika saya percaya atas ke-Esaan Allah, jadilah Rasulnya, Muhammad SAW itu akhlak dan cara hidup saya,” ujar David bersyukur.