Ahad 08 Sep 2013 01:34 WIB

Masjidil Haram Masih Direnovasi, Ini yang Harus Dilakukan Jamaah Haji

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: A.Syalaby Ichsan
Perluasan pembangunan di sekitar Kabah terus berlangsung, Jumat (21/6). Karena proyek perluasan ini Kerajaan Saudi memangkas kuota jamaah haji seluruh dunia. Perluasan Masjidil Haram kabarnya baru tuntas pada 2016
Foto: Stevy Maradona/Republika
Perluasan pembangunan di sekitar Kabah terus berlangsung, Jumat (21/6). Karena proyek perluasan ini Kerajaan Saudi memangkas kuota jamaah haji seluruh dunia. Perluasan Masjidil Haram kabarnya baru tuntas pada 2016

REPUBLIKA.CO.ID, Boleh jadi kekhusyukan jamaah tahun ini dalam melaksanakan ibadah haji bakal sedikit terganggu. Pasalnya, proses renovasi Masjidil Haram dan gedung-gedung bertingkat di sekitar masjid masih terus berlangsung.

Banyak fasilitas sarana dan prasarana prosesi haji yang dibongkar untuk kemudian disempurnakan guna mendukung pelaksanaan haji pada tahun-tahun berikutnya.

Melihat kondisi tersebut, jamaah dari Tanah Air diminta untuk meningkatkan kewaspadaan dan selalu berombongan/berkelompok dalam menunaikan ibadah. Salah satu sarana penting pelaksanaan ibadah haji yang tengah direnovasi adalah lokasi tawaf. 

Lokasi di sekitar Ka’bah yang sedianya digunakan jamaah untuk melakukan tawaf luasnya kini menjadi lebih kecil (sempit). Anggota Komisi VIII DPR yang membidangi masalah haji, Ledia Hanifa Amaliah, menjelaskan bahwa pada musim haji tahun ini ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian jamaah sehubungan dengan masih berlangsungnya renovasi Masjidil Haram.

Namun, meski renovasi dan fasilitas beribadah menyempit, jamaah diharapkan tetap bisa beribadah dengan nyaman dan aman. "Desak-desakan saat ibadah haji tidak bisa dihindarkan, tapi tetap berada pada level yang masih memperhatikan keselamatan jamaah," katanya kepada Republika, pekan lalu.

Ledia, yang melakukan kunjungan kerja ke Makkah pada Juli lalu, mengatakan, fasilitas tempat tawaf di belakang maqam Ibrahim atau lurus dengan Multazam belum bisa digunakan. Berkurangnya lokasi ini membuat area tawaf menjadi menyempit.

Namun, di lantai dua dan tiga Masjidil Haram kini bisa digunakan untuk tawaf khusus pengguna kursi roda. Di dua lokasi tersebut dapat menampung jamaah pengguna kursi roda dengan kapasitas 7.000 jamaah per jam. Sementara, jamaah yang tidak menggunakan kursi roda tetap tawaf di lantai dasar sebagaimana biasanya meskipun harus berdesak-desakan.

Desain seperti ini, menurut Ledia, justru menguntungkan jamaah. Ada pemisahan ruang tawaf antara jamaah pengguna kursi roda dan yang tidak. Selama ini jamaah, baik pengguna kursi roda maupun tidak, tawaf dalam satu lantai yang sama. Keadaan ini sering menimbulkan 'tabrakan' sehingga kurang nyaman bagi jamaah pengguna kursi roda.

"Selama ini biasanya mobilisasi jamaah pengguna kursi roda dan yang tidak ketika melaksanakan tawaf sering tabrakan, sekarang tidak lagi." Ia menyarankan, bagi jamaah yang ingin memperbanyak tawaf, bisa dilakukan pada awal atau akhir musim haji.

Ketika memasuki Masjidil Haram, Ledia melanjutkan, jamaah harus memperhatikan pintu masuk. Sebaiknya jamaah menjalin komunikasi dengan rekan sesama rombongan agar bertemu di pintu atau di titik tertentu ketika terpisah satu sama lain.

"Komunikasi harus baik agar ketika ada yang letih atau lupa jalan pulang (tersasar), bisa bertemu di lokasi yang mudah ditemukan," katanya.

Berbeda dengan area tawaf yang cenderung lebih sempit dibandingkan sebelumnya, area untuk melakukan sai justru lebih luas dibandingkan tahun sebelumnya. Aktivitas sai kini bisa dilakukan dengan lebih lapang lantaran sudah dibangun bertingkat-tingkat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement