REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wapres Boediono berharap madrasah di Indonesia bisa menjadi contoh dan model untuk perkembangan negara lain. Caranya, dengan menampilkan sistem dan kurikulum yang mengikuti zaman, tetapi juga menyebarkan kedamaian dan kasih sayang di antara umat manusia.
"Harapan kita semua adalah jangan sampai apa yang terjadi sebaliknya. Yaitu justru mengakomodasi masukan dari sumber-sumber luar yang menyebarkan kebencian dan memonopoli kebenaran seakan manusia hanya akan selamat bila mengikuti ajaran dan keyakinannya yang sempit," katanya, Senin (3/9) malam.
Di Indonesia, ujarnya, madrasah menjadi lembaga pendidikan yang mengambil bentuk antitesis terhadap upaya penyemaian radikalisme dan terorisme di kalangan muda Muslim. Madrasah merupakan lembaga pendidikan yang mengajarkan toleransi, demokrasi, pendidikan kenegaraan, sains dan teknologi, dan lain-lain. Hal tersebut dapat dilihat dari kurikulum madrasah yang diarahkan untuk merespon nilai-nilai modernitas dan pergaulan internasional.
Boediono pun meminta untuk memberikan respon terhadap fenomena di belahan dunia bahwa madrasah dikonstruksikan sebagai breeding ground of radicalism. Karena konstruksi tersebut hanya melihat madrasah sebagai institusi monolitik dan homogen.
"Padahal madrasah dunia Islam mulai dari Maroko sampai Indonesia memiliki variasi yang luar biasa. Variasi itu disebabkan beragam faktor seperti politik, ekonomi, sosial, budaya tempat madrasah eksis dan berkembang," katanya.