REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Komunitas Muslim Australia menyayangkan kebijakan pemerintah yang mematai-matai gerak-gerik mereka. Ini membuat komunitas Muslim merasa tidak nyaman dan tertekan.
"Kami sepertinya akan hidup dibawah kecurigaan dan pengawasan secara terus-menerus," kata Mohammad Tabba, anggota Dewan Muslim Victoria, seperti dilansir Telegraph, Senin (19/8).
Menurut Tabba, sudah menjadi rahasia umum ketika banyak Muslim dihubungi Australian Security Intellgence Organization (ASIO) dan Australian Federal Police (AFP) untuk dimintai keterangan.
Kedua organisasi berdalih wawancara ini bagian dari operasi kontra terorisme.Selama beberapa bulan terakhir, umat Islam mengeluhkan mereka diminta menjadi agen rahasia atau informan dalam komunitas Muslim.
Kebijakan ini yang kemudian dikecam umat Islam. Sebelumnya, kampanye anti-Islam kembali beredar di Australia, tepatnya di Underwood, Brisbane.
Banyak supermarket di wilayah itu menjual produk-produk halal namun berstiker bertuliskan nada tuduhan tidak mendasar kepada Islam. World Bulletin melansir saat Kamis (25/7), stiker berwarna merah terang itu, bertuliskan ''Waspadalah! Makanan Halal Dana (untuk) Teroris.''
Stiker itu marak beredar di setiap-setiap supermarket di Brisbane sejak memasuki Bulan Suci Ramadhan, slah satunya di Supermarket Woolworths, Brisbane Selatan. Seven News mengatakan, kampanye tersebut adalah bentuk rasisme.
Berbagai media lokal menelusuri, kampanye tuduhan dan anti-Islam itu dilakukan secara teratur. Gerakan Restorasi Australia adalah motor utama dan penyebar stiker-stiker keji itu.