REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proses pembinaan mualaf membutuhkan kesatuan sikap umat Islam. Ini yang dirasa belum tercapai sehingga pembinaan mualaf terkesan apa adanya.
Pendiri Mualaf Center Indonesia, Indra Wibowo mengungkap di negara lain, semisal Amerika Serikat, proses pembinaan berkembang pesat. Mereka tidak lagi terkendala dana karena banyak yang mau membantu.
"Memang di Indonesia itu, tidak ada yang paham seutuhnya seperti apa perkembangan dakwah dikalangan mualaf," kata Indra dalam pesan singkat kepada ROL, Selasa (6/8).
Situasi ini jauh berbeda dengan AS. Indra mengatakan, di Negeri Paman Sam banyak organisasi yang menaruh perhatian terhadap pembinaan mualaf. Mereka pun berkordinasi satu dengan yang lain. Misalnya saja, Muslim Education and Convert Central of America (MECCA).
Mereka, kata Indra, memiliki jaringan di 47 negara bagian dan kemudian dibantu organisasi lain seperti Consulate of American Islamic Relief (CAIR). "Mereka sadar kalau umat Islam di sana minoritas. Secara alami, itu membuat mereka bersatu," tuturnya.
Indra menyebut, Indonesia terlalu banyak ego yang akhirnya membuat rasa persatuan itu menjadi sulit. Padahal di daerah-daerah banyak mualaf yang tidak dididik dan dibimbing. "Inikan pertanda keberadaan mualaf sendiri belum banyak yang paham," sebut Indra.
Ke depan, kata Indra, persatuan dalam dakwah dikalangan mualaf perlu diperkuat. Apalagi tantangan yang dihadapi mualaf tidaklah muda. Tentunya, persatuan ini jangan hanya menjadi mimpi yang entah kapan terealisasi.